Kamis, 25 Oktober 2012

Try Smilling (part 3)

continued from part 2..


Judul : Try Smiling
Author : @jessihimee
Cast :
  • Daesung
  • Eunmi (you)
  • Youngbae
  • Seunghyun (TOP)
  • Other cast



------------------------------------------------------------------------------------------------------------
so, what do you think Mr. Edward? Interested with this project?
Ruangan rapat hari ini cukup menegangakan, tender bermilyar dollar ada didepan mataku.
 “umm yeah, I think I’ll join with you Mr. Kang. You’re a great speaker. And you have millions brilliant ideas. Ah, I want to introduce you to my daughter. She’s very beautiful and friendly. I’m sure that  you’ll interested with her.” Aku menjabat tangan Mr. Edward sebentar, lalu terseyum sopan mendengar perkataannya.
“Sorry, Mr. Edward, but I had a woman.
Ah, unfortunately. She’ll be proud to have a guy like you.
“Yeah, of course she will.”
Meeting hari ini membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Aku berhasil membuat papa bangga bukan main dengan tender ini. Dan 3 hari lagi adalah tepat 3 tahun aku pergi dari Seoul, dan itu berarti aku sudah harus pulang untuk menepati janjiku.
 Aku sangat merindukannya, selama 3 tahun kami benar-benar lost contact. Dan 3 tahun ini kuharapkan kami benar-benar bisa membenahi hati kami masing-masing. Menyembuhkan segala luka yang ditorehkan oleh takdir yang menyakitkan.
Aku tersenyum melihat tiket pesawat yang sudah kupesan dari satu bulan sebelumnya. Yah aku begitu bersemangat, dan hari ini kerinduanku semakin memuncak. Aku hanya perlu menunggu selama 3 hari, dan seharusnya itu bukan menjadi suatu masalah. Karena aku telah menunggu hampir 3 tahun.
Drrtt…drttt… ponselku bergetar, dan kulihat nama penelfonnya. Papa? Ada apa dia menelfonku di jam istirahat seperti ini.
“Halo, pa? Ada apa?”
“Daesungie, bisakah kau pulang saat ini juga?”
“Iya pa, aku sudah memesan tiket untuk lusa.”
“Tidak, sekarang. Kau harus pulang saat ini juga. Eun Mi sakit, dan saat ini keadaannya kritis. Bergegaslah sebelum terlambat.” Deg! Apa ini? Eun Mi sakit?
“Pa? Yang benar saja? Apa yang kau bica…”
Belum selesai aku bertanya papa sudah memutuskan telfonnya. Bak kesetanan aku menelfon sekretarisku dengan cepat.
Yes sir?”
“Jenny, pesankan aku tiket saat ini juga untuk ke Seoul. Pesawat dengan keberangkatan paling awal. Aku akan membayar berapapun.”
But sir, kita masih ada meeting dengan…”
Cancel all my schedule for one week. This is emergency!
Okay sir. I understand.
Aku langsung menuju lemari diseberang mejaku, disana telah tersedia satu koper kecil pakaian untuk berjaga-jaga jika aku harus pergi meninggalkan kantor saat darurat.
Akhirnya aku mendapat keberangkatan dua jam setelah papa menelfonku tadi.  Dan selama perjalanan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar otakku terus memutar rekaman suara papa. ‘bergegaslah sebelum terlambat.’  Apa maksudnya? Dan apa yang diderita Eun Mi sebenarnya? Ah, entahlah otakku tak dapat berfikir dengan benar. Aku benar-benar kacau. Pakaianku lusuh, aku hanya memakai kemeja berwarna biru dan kugulung bagian lengannya hingga ke siku.
Begitu tiba di Incheon Airport pada pagi hari itu, aku segera disambut oleh orang kepercayaan papa. Sebelum pesawatku terbang dari New York aku telah menghubungi papa mengabarinya jika aku akan tiba di Seoul besok pagi. Dan ya dia telah menyiapkan mobil dan supir untukku. Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Dan perjalanan pun terasa sangat lama, hey cukup sudah aku menunggu lagi!
“Tidak bisakah kau menyetir lebih cepat? Jika kau tidak bisa biar aku saja yang menyetir.” Aku membentak supirku yang aku tak tahu siapa namanya, mungkin dia adalah pegawai baru papa.
“Daesungie, jangan bersikap seperti ini. Aku tak akan membiarkanmu menyetir karena kau terlalu lelah.”
“Aku baik-baik saja ahjussi, aku tidak merasa lelah sedikit pun.” Aku menyangkal, karena memang aku tak merasa kelelahan sama sekali. Yang kurasakan hanyalah ingin segera sampai dan melihat Eun Mi.
“Mungkin kau memang tak merasakan lelah pada tubuhmu, tapi tidak dengan pikiranmu Daesung. Aku sudah mengenalmu sejak kau masih sangat kecil dan kau tak pernah terlihat seberantakan ini sebelumnya. Lagipula sebentar lagi kita sampai.”
“Iya ahjussi, kau benar. Aku terlalu kalut.” Dia hanya menepuk pelan bahuku.
Tidak butuh waktu lama, aku pun tiba di sebuah rumah sakit termewah se-Korea Selatan. Aku mengikuti arah langkah Kwon Ahjussi, orang kepercayaan papa. Dan aku berhenti tepat didepan kamar ICU, dan terlihat orang tuaku serta orang tua Eun Mi sedang duduk dikursi depan pintu masuk ke ruangan ICU itu.
“Pa, ada apa?”
Aku segera menghampiri papa yang telah bangkit saat melihatku tiba. Wajahnya lusuh, menampakkan 10 tahun lebih tua dari usianya.
“Dia terkena leukimia Daesungie. Dan sekarang penyakitnya sudah sangat akut. Masuklah… Dia sudah menunggumu terlalu lama.”
Aku menatap pintu ruangan ICU itu. Lalu kurasakan tangan mama meremas tanganku, memberiku kekuatan.
Kubuka perlahan pintu di hadapanku, dan segera pemandangan memilukan menyerbu indera penglihatanku. Dia di sana, wanita yang sangat  kucintai, sekaligus adikku sendiri. Aku berjalan mendekati tempat tidurnya, aku ingin sekali menyangkal semua ini. Menyangkal bahwa dia bukanlah Eun Mi-ku. Namun, yah, itu dia. Wajahnya pucat pasi, matanya terpejam, dan banyak selang yang menyambungkan tubuhnya dengan alat-alat medis yang aku tak tahu namanya.
Kubelai pipinya pelan, tangisku pecah. Sungguh aku tak sanggup melihat semua ini. Ini begitu menyakitkan, dan baru kusadari menerima kenyataan bahwa dia adalah adikku jauh lebih baik daripada harus melihatnya terbaring lemah tak berdaya seperti ini.
Matanya mengerjap perlahan. Dan bibirnya menyunggingkan senyumnya yang masih mempesona -untukku- itu.
Oppa? Kau pulang? Aku merindukanmu.” Suaranya begitu lemah, membuat air mataku semakin deras.
“Iya sayang, aku pulang, aku juga merindukanmu.” Kubelai terus pipinya dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku menggenggam tangan kirinya.
“hhh… Aku juga… Tak terasa yaa 3 tahun telah berlalu…” Nafasnya tersengal. Matanya terpejam sesaat.
“Jangan banyak bicara Eun Mi, itu tidak baik bagimu.”
“Tidak, hanya ini kesempatanku untuk berbicara denganmu sebelum aku pergi.” Dia membalas genggamanku dengan lemah.
“ssstt… Kumohon jangan berkata seperti itu Eun Mi. Kau berjanji tak akan meninggalkanku kan?”
“Ah, maaf oppa, aku memang bukan wanita yang baik.” Dia tertawa renyah.
“Aku bahkan tak bisa menepati satupun janjiku padamu. Hingga saat ini aku belum melihatmu sebagai kakakku, aku bahkan masih mencintaimu sama seperti dulu. Dan sebentar lagi aku akan meninggalkanmu.”
“Tidak, kau adalah wanita yang terbaik yang pernah kutemui. Jadi jangan berbicara seperti itu, please.” Aku mencium punggung tangannya.
“Kau berjanji untuk tetap di sisiku, untuk tetap bernafas karenaku. Berjuanglah Eun Mi. Aku mohon, berjuanglah. Kau pasti kuat.”
Bantalnya kini basah oleh cairan bening yang bernama air mata itu. Air mata yang keluar dari pelupuk matanya yang indah itu.
 “Tidak, oppa, aku sudah terlalu lelah. Aku sudah terlalu lama berjuang, dan ini sudah waktunya untuk aku bertemu orangtua kandung kita.”
“Kumohon Eun Mi, jangan tinggalkan aku. Aku berjanji akan memberikan apapun yang kau minta. Aku berjanji tak akan meninggalkanmu lagi. Jangan menghukumku seperti ini.”
“Jangan membuat aku semakin berat meninggalkanmu, oppa. Kau adalah pria yang kuat, berhentilah menangis.” Dia menghapus air mataku yang sedari tadi tak mampu untuk kuhentikan.
“Ikhlaskan aku oppa. Kumohon…”
“Bagaimana mungkin aku mengikhlaskanmu?” aku mencium kembali tangannya yang sama pucatnya dengan wajahnya itu.
“Aku tersiksa oppa, lepaskan aku. Jika kau mencintaiku biarkan aku pergi.” Aku hanya tertunduk lalu mengangguk singkat. Aku terisak, sungguh menyakitkan.
“Kau tersiksa? Baiklah, aku akan melepaskanmu. Karena aku sangat mencintaimu.” dia mengangguk pelan.
“Aku juga sangat mencintaimu, oppa, bahkan lebih dari apapun.“
Aku mendekati wajahnya dan ia memejamkan matanya saat kukecup perlahan keningnya. Dan saat kulepas ciumanku, matanya masih terpejam. Kupegang pergelangan tangannya. Ya Tuhn, ini tidak mungkin! Tak ada denyut nadi!
“Tidak... Tidak mungkin!!!! Dokterr!!! Susteerrr!!!! Tolong kemarilaaahh!!!”
Segera pintu ICU terbuka dan tim medis berhamburan mengelilinginya. Papaku dan papa Eun Mi menahan tubuhku yang meronta dan menarikku keluar.
“TIDAK MUNGKIN!! JANGAN AMBIL EUN MI DARIKU TUHAN! Kenapa semua ini terjadi padaku? Ini tak adil!” Tubuhku terus meronta.
“Maaf, Eun Mi sudah pergi. Dia sudah lelah. Dia telah bekerja keras beberapa tahun ini. Dan dia menyerah.” Kulihat dokter pun sangat terpukul dengan kematian Eun Mi.
“Tidak secepat ini Jung Eun Mi! Kenapa kau menyerah disaat aku datang? Kenapa? Kenapa tak ada satupun diantara kalian memberitahuku lebih awal? Sudah berapa lama Eun Mi sakit pa? Andaikan kalian lebih cepat memberitahuku semua ini  tak akan terjadi. Aku adalah kakak kandungnya, aku bisa mendonorkan sum-sum tulang belakangku dan menyelamatkannya!”
“Daesungie, tenanglah, Eun Mi sendiri yang meminta untuk tidak memberi tahumu. Kami pun tak mengerti alasannya mengapa dia seperti itu. Dan jangan salahkan papamu, Kang Daesung, hanya dialah yang berani menelfonmu saat itu. Hanya dia yang bersikeras menelfonmu, mengabaikan permintaan Eun Mi.” Mama memelukku.
“Maafkan papa, Daesungie, papa tak bisa menjadi ayah yang baik bagimu. Andai saja papa menelfonmu dari dua tahun yang lalu pasti kau tak akan terluka lagi seperti ini.” Aku tidak peduli, aku melangkah keluar dari kamar itu dan pergi kemana pun kakiku membawaku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
to be continued...



Tidak ada komentar: