Judul : Try
Smiling
Author :
@jessihimee
Cast :
- Daesung
- Eunmi
(you)
- Youngbae
- Seunghyun
(TOP)
- Other
cast
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“so, what do you think Mr. Edward? Interested with this project?”
Ruangan rapat hari ini
cukup menegangakan, tender bermilyar dollar ada didepan mataku.
“umm yeah, I think I’ll join with you
Mr. Kang. You’re a great speaker. And you have millions brilliant ideas. Ah, I
want to introduce you to my daughter. She’s very beautiful and friendly. I’m
sure that you’ll interested with her.”
Aku menjabat tangan Mr. Edward sebentar, lalu terseyum sopan mendengar
perkataannya.
“Sorry, Mr. Edward, but I had a woman.”
“Ah, unfortunately. She’ll be proud to have a guy like you.”
“Yeah, of course she will.”
Meeting hari ini
membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Aku berhasil membuat papa bangga bukan
main dengan tender ini. Dan 3 hari lagi adalah tepat 3 tahun aku pergi dari
Seoul, dan itu berarti aku sudah harus pulang untuk menepati janjiku.
Aku sangat
merindukannya, selama 3 tahun kami benar-benar lost contact. Dan 3
tahun ini kuharapkan kami benar-benar bisa membenahi hati kami masing-masing.
Menyembuhkan segala luka yang ditorehkan oleh takdir yang menyakitkan.
Aku tersenyum melihat
tiket pesawat yang sudah kupesan dari satu bulan sebelumnya. Yah aku begitu
bersemangat, dan hari ini kerinduanku semakin memuncak. Aku hanya perlu
menunggu selama 3 hari, dan seharusnya itu bukan menjadi suatu masalah. Karena
aku telah menunggu hampir 3 tahun.
Drrtt…drttt… ponselku
bergetar, dan kulihat nama penelfonnya. Papa? Ada apa dia menelfonku di
jam istirahat seperti ini.
“Halo, pa? Ada apa?”
“Daesungie, bisakah kau
pulang saat ini juga?”
“Iya pa, aku sudah
memesan tiket untuk lusa.”
“Tidak, sekarang. Kau
harus pulang saat ini juga. Eun Mi sakit, dan saat ini keadaannya kritis.
Bergegaslah sebelum terlambat.” Deg! Apa ini? Eun Mi sakit?
“Pa? Yang benar saja?
Apa yang kau bica…”
Belum selesai aku
bertanya papa sudah memutuskan telfonnya. Bak kesetanan aku menelfon
sekretarisku dengan cepat.
“Yes sir?”
“Jenny, pesankan aku
tiket saat ini juga untuk ke Seoul. Pesawat dengan keberangkatan paling awal.
Aku akan membayar berapapun.”
“But sir, kita masih ada meeting
dengan…”
“Cancel all my schedule for one week. This is emergency!”
“Okay sir. I understand.”
Aku langsung menuju
lemari diseberang mejaku, disana telah tersedia satu koper kecil pakaian untuk
berjaga-jaga jika aku harus pergi meninggalkan kantor saat darurat.
Akhirnya aku mendapat
keberangkatan dua jam setelah papa menelfonku tadi. Dan selama
perjalanan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar otakku terus memutar
rekaman suara papa. ‘bergegaslah sebelum terlambat.’ Apa
maksudnya? Dan apa yang diderita Eun Mi sebenarnya? Ah, entahlah otakku tak
dapat berfikir dengan benar. Aku benar-benar kacau. Pakaianku lusuh, aku hanya
memakai kemeja berwarna biru dan kugulung bagian lengannya hingga ke siku.
Begitu tiba di Incheon Airport
pada pagi hari itu, aku segera disambut oleh orang kepercayaan papa. Sebelum
pesawatku terbang dari New York aku telah menghubungi papa mengabarinya jika
aku akan tiba di Seoul besok pagi. Dan ya dia telah menyiapkan mobil dan supir
untukku. Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Dan perjalanan pun terasa
sangat lama, hey cukup sudah aku menunggu lagi!
“Tidak bisakah kau
menyetir lebih cepat? Jika kau tidak bisa biar aku saja yang menyetir.” Aku
membentak supirku yang aku tak tahu siapa namanya, mungkin dia adalah pegawai
baru papa.
“Daesungie, jangan bersikap
seperti ini. Aku tak akan membiarkanmu menyetir karena kau terlalu lelah.”
“Aku baik-baik
saja ahjussi, aku tidak merasa
lelah sedikit pun.” Aku menyangkal, karena memang aku tak merasa kelelahan sama
sekali. Yang kurasakan hanyalah ingin segera sampai dan melihat Eun Mi.
“Mungkin kau memang tak
merasakan lelah pada tubuhmu, tapi tidak dengan pikiranmu Daesung. Aku sudah
mengenalmu sejak kau masih sangat kecil dan kau tak pernah terlihat
seberantakan ini sebelumnya. Lagipula sebentar lagi kita sampai.”
“Iya ahjussi, kau benar. Aku terlalu kalut.” Dia
hanya menepuk pelan bahuku.
Tidak butuh waktu lama,
aku pun tiba di sebuah rumah sakit termewah se-Korea Selatan. Aku mengikuti
arah langkah Kwon Ahjussi, orang
kepercayaan papa. Dan aku berhenti tepat didepan kamar ICU, dan terlihat
orang tuaku serta orang tua Eun Mi sedang duduk dikursi depan pintu masuk ke
ruangan ICU itu.
“Pa, ada apa?”
Aku segera menghampiri papa
yang telah bangkit saat melihatku tiba. Wajahnya lusuh, menampakkan 10 tahun
lebih tua dari usianya.
“Dia terkena leukimia
Daesungie. Dan sekarang penyakitnya sudah sangat akut. Masuklah… Dia sudah
menunggumu terlalu lama.”
Aku menatap pintu
ruangan ICU itu. Lalu kurasakan tangan mama meremas tanganku,
memberiku kekuatan.
Kubuka perlahan pintu
di hadapanku, dan segera pemandangan memilukan menyerbu indera penglihatanku.
Dia di sana, wanita yang sangat kucintai, sekaligus adikku
sendiri. Aku berjalan mendekati tempat tidurnya, aku ingin sekali menyangkal
semua ini. Menyangkal bahwa dia bukanlah Eun Mi-ku. Namun, yah, itu dia.
Wajahnya pucat pasi, matanya terpejam, dan banyak selang yang menyambungkan
tubuhnya dengan alat-alat medis yang aku tak tahu namanya.
Kubelai pipinya pelan,
tangisku pecah. Sungguh aku tak sanggup melihat semua ini. Ini begitu
menyakitkan, dan baru kusadari menerima kenyataan bahwa dia adalah adikku jauh lebih
baik daripada harus melihatnya terbaring lemah tak berdaya seperti ini.
Matanya mengerjap
perlahan. Dan bibirnya menyunggingkan senyumnya yang masih mempesona -untukku-
itu.
“Oppa? Kau pulang? Aku merindukanmu.” Suaranya begitu lemah, membuat
air mataku semakin deras.
“Iya sayang, aku
pulang, aku juga merindukanmu.” Kubelai terus pipinya dengan tangan
kananku, sedangkan tangan kiriku menggenggam tangan kirinya.
“hhh… Aku juga… Tak
terasa yaa 3 tahun telah berlalu…” Nafasnya tersengal. Matanya terpejam sesaat.
“Jangan banyak bicara Eun
Mi, itu tidak baik bagimu.”
“Tidak, hanya ini
kesempatanku untuk berbicara denganmu sebelum aku pergi.” Dia membalas
genggamanku dengan lemah.
“ssstt… Kumohon jangan
berkata seperti itu Eun Mi. Kau berjanji tak akan meninggalkanku kan?”
“Ah, maaf oppa, aku memang bukan wanita yang
baik.” Dia tertawa renyah.
“Aku bahkan tak bisa
menepati satupun janjiku padamu. Hingga saat ini aku belum melihatmu
sebagai kakakku, aku bahkan masih mencintaimu sama seperti dulu. Dan
sebentar lagi aku akan meninggalkanmu.”
“Tidak, kau
adalah wanita yang terbaik yang pernah kutemui. Jadi jangan berbicara
seperti itu, please.” Aku mencium
punggung tangannya.
“Kau berjanji untuk
tetap di sisiku, untuk tetap bernafas karenaku. Berjuanglah Eun Mi. Aku mohon,
berjuanglah. Kau pasti kuat.”
Bantalnya kini basah
oleh cairan bening yang bernama air mata itu. Air mata yang keluar dari pelupuk
matanya yang indah itu.
“Tidak, oppa, aku sudah terlalu lelah. Aku sudah
terlalu lama berjuang, dan ini sudah waktunya untuk aku bertemu orangtua kandung
kita.”
“Kumohon Eun Mi, jangan
tinggalkan aku. Aku berjanji akan memberikan apapun yang kau minta. Aku
berjanji tak akan meninggalkanmu lagi. Jangan menghukumku seperti ini.”
“Jangan membuat aku
semakin berat meninggalkanmu, oppa.
Kau adalah pria yang kuat, berhentilah menangis.” Dia menghapus air mataku yang
sedari tadi tak mampu untuk kuhentikan.
“Ikhlaskan aku oppa. Kumohon…”
“Bagaimana mungkin aku
mengikhlaskanmu?” aku mencium kembali tangannya yang sama pucatnya dengan
wajahnya itu.
“Aku tersiksa oppa, lepaskan aku. Jika kau mencintaiku
biarkan aku pergi.” Aku hanya tertunduk lalu mengangguk singkat. Aku terisak,
sungguh menyakitkan.
“Kau tersiksa? Baiklah,
aku akan melepaskanmu. Karena aku sangat mencintaimu.” dia mengangguk pelan.
“Aku juga sangat
mencintaimu, oppa, bahkan lebih dari
apapun.“
Aku mendekati wajahnya
dan ia memejamkan matanya saat kukecup perlahan keningnya. Dan saat kulepas
ciumanku, matanya masih terpejam. Kupegang pergelangan tangannya. Ya Tuhn, ini
tidak mungkin! Tak ada denyut nadi!
“Tidak... Tidak mungkin!!!!
Dokterr!!! Susteerrr!!!! Tolong kemarilaaahh!!!”
Segera pintu ICU terbuka
dan tim medis berhamburan mengelilinginya. Papaku dan papa Eun Mi menahan
tubuhku yang meronta dan menarikku keluar.
“TIDAK MUNGKIN!! JANGAN
AMBIL EUN MI DARIKU TUHAN! Kenapa semua ini terjadi padaku? Ini tak adil!” Tubuhku
terus meronta.
“Maaf, Eun Mi sudah
pergi. Dia sudah lelah. Dia telah bekerja keras beberapa tahun ini. Dan dia
menyerah.” Kulihat dokter pun sangat terpukul dengan kematian Eun Mi.
“Tidak secepat ini Jung
Eun Mi! Kenapa kau menyerah disaat aku datang? Kenapa? Kenapa tak ada satupun diantara
kalian memberitahuku lebih awal? Sudah berapa lama Eun Mi sakit pa?
Andaikan kalian lebih cepat memberitahuku semua ini tak akan
terjadi. Aku adalah kakak kandungnya, aku bisa mendonorkan sum-sum tulang
belakangku dan menyelamatkannya!”
“Daesungie, tenanglah,
Eun Mi sendiri yang meminta untuk tidak memberi tahumu. Kami pun tak mengerti
alasannya mengapa dia seperti itu. Dan jangan salahkan papamu, Kang Daesung,
hanya dialah yang berani menelfonmu saat itu. Hanya dia yang bersikeras
menelfonmu, mengabaikan permintaan Eun Mi.” Mama memelukku.
“Maafkan papa,
Daesungie, papa tak bisa menjadi ayah yang baik bagimu.
Andai saja papa menelfonmu dari dua tahun yang lalu pasti kau tak akan terluka
lagi seperti ini.” Aku tidak peduli, aku melangkah keluar dari kamar itu dan
pergi kemana pun kakiku membawaku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar