Judul : Try
Smiling
Author :
@jessihimee
Cast :
- Daesung
- Eunmi
(you)
- Youngbae
- Seunghyun
(TOP)
- Other cast
***
“I love you since I love you, since I’m happy as
long as you’re here
Even though my heart aches, I try smiling again
Like someone who makes people smile, like someone
who has no pain
I quietly cry behind you again today”
“Hei Daesungie!
Tidak bisakah kau bertindak seperti orang normal huh? Papa pusing melihatmu”
Aku hanya
mendengus kesal dan memutar bola mataku mendengarnya.
“Pa, mengertilah
anak tunggalmu ini. Dia ingin melamar pacarnya jadi wajar saja
dia bertingkah abnormal seperti itu. Kau pun bersikap seperti ini saat
melamarku kan?”
Dengan cepat aku
menganggukkan kepalaku sebagai tanda setuju. Bersyukurlah karena aku
mempunyai mama yang sangat membelaku. Kuedarkan kembali pandanganku
ke arah pintu masuk restoran hotel ini setelah tadi papa menginterupsiku.
Kulihat Eun
Mi-ku berjalan dengan anggunnya. Sangat berbeda dengan Eun Mi-ku selama ini.
Dia terlihat seperti wanita dewasa. Dress
hitam selututnya dan sedikit polesan di wajahnya yang sudah ditakdirkan cantik
itu menambah kesan cantiknya malam itu. Dan lihat saja bukan hanya aku yang
terpesona olehnya, seluruh pria di restoran ini melihatnya dengan
takjub. “Tapi maaf tuan-tuan dia milikku.” Aku membatin.
Kulirik mama dan
papa yang masih mengenang masa lalunya itu. Astaga ini bukan waktu yang tepat
untuk itu. Tidak mengertikah mereka betapa gugupnya aku saat ini. Dan kini Eun
Mi telah sampai di meja kami.
“Selamat malam, ma,
pa. Maaf aku dan keluargaku terlambat karena di luar hujannya sangat
lebat.”
Eun Mi
membungkuk dan disambut oleh mama dan papaku. Eun Mi memanggil mama dan papaku
seperti itu karena dia sudah sangat dekat dengan mereka. Bahkan tak jarang dia
mengadu pada papa jika aku menjahilinya.
“Tidak
apa-apa,Eun Mi, lagi pula kami tidak menunggu selama itu.” Mama mencium
pipi Eun Mi singkat. Eun tersenyum manis sekali dan beralih ke orang tuanya.
“Ma, Pa.
Kenalkan ini papa dan mamaku. Mama Papa, ini orang tua Daesung.”
Eun Mi
memperkenalkan orang tuanya kepada mama dan papa. Karena
walaupun Eun Mi dan mereka dekat tapi orangtuaku belum pernah bertemu
dengan orang tuanya. Saat mereka saling menatap dan ingin memperkenalkan diri,
kulihat mereka tercekat. Kenapa? Ada apa? Dan dapat kulihat mama menatap
tak percaya.
“Tidak, ini
tidak mungkin… pa??” Mama terlihat sangat shock saat ini.
“Ma? Kenapa?
Ada yang salah?”
Aku melihat
kedua orang tua Eun Mi yang bersikap sama –anehnya- dengan orang tuaku.
“Tidak Daesung-ah,
lebih baik kita makan dulu oke?”
Ayah Eun Mi
mengendalikan raut wajahnya yang tadi terlihat sama terkejutnya dengan
orangtuaku
Keluarga kami mengawali pertemuan ini
dengan menyantap makan malam masing-masing. Suasananya tidak begitu hangat
karena sebagian dari mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing,
kecuali Eun Mi dan aku tentu saja. Kami mencoba mencairkan suasana dengan
menceritakan hubungan kami kepada orang tua kami. Bagaimana dalamnya cinta kami
satu sama lain.
Dan setelah
makan malam usai aku berani angkat bicara dengan gaya yang cukup santai namun
tetap terlihat formal.
“Tuan dan nyonya
Jung, malam ini selain acara perkenalan dengan orang tuaku aku juga mempunyai
maksud lain.” Aku menarik nafas kembali.
“Sudah berjalan
3 tahun kami menjalin hubungan, dan menurutku itu waktu yang cukup untuk
mengenal satu sama lain. Dan saat ini juga aku ingin melamarnya dihadapan
kalian semua. Mama, Papa…” Aku menatap kedua orang tuaku.
“Kini aku sudah
bekerja dan saat ini aku benar-benar membutuhkan dukungan seorang istri di belakangku.
Dan tuan dan nyonya Jung, kalian tidak perlu khawatir karena aku mampu
menghidupi Eun Mi dan calon anak kami kelak. Jadi apakah kalian menyetujuinya?”
Aku menatap keluarga Jung dengan tatapan yang sulit diartikan.
Eun Mi yang
sedari menatapku lekat kini menyunggingkan senyumnya yang mampu membuat dirinya
lebih tenang. Terdengar pula isakan dari mamaku dan mama Eun Mi mengiringi
instrumen piano yang tengah dibawakan oleh pianis di panggung kecil hotel itu.
“Terimakasih,
Daesung-ah karena kau telah mencintai putri kami, namun kami tidak bisa menerima
lamaranmu.”
Aku dan Eun Mi
sontak melongo tak percaya.
“Ah, maaf, tuan
Jung jika lamaranku ini terlalu cepat. Aku bisa menundanya hingga keluarga kita
bisa saling mengenal lebih dekat.”
Aku tersenyum
ramah seakan-akan hatiku tidak serisau yang dirasakannya.
“Tidak perlu
Daesung-ah, karena sampai kapan pun aku tak akan menerima lamaranmu.” Ayah Eun
Mi menatapku sendu . Dan ada ribuan pertanyaan yang mengganggu pikiranku saat
ini. Apa penyebabnya menolakku? Apakah Eun Mi akan dijodohkan dengan pria lain?
Atau apakah ayahnya tidak menyukaiku?
“Pa! Apa-apaan
sih?? Apa yang kalian bicarakan?”
Eun Mi yang
sedari terdiam akhirnya angkat bicara. Dia tidak mengerti mengapa papanya
menolak lamaranku.
“Bukankah
semalam papa bilang kalau papa sangat menyukai Daesung dan akan sangat senang
jika dia menjadi menantumu?”
“Maaf sayang, maaf
sekali. Tapi kami tidak akan membiarkanmu bersamanya. Ini kesalahan.” Mama Eun
Mi kini menangis sejadi-jadinya.
“Lebih baik kita
pulang.” Baru saja ayah Eun Mi hendak bangkit dari duduknya, papaku akhirnya
berbicara.
“Jangan seperti
ini, Jung Il Woo! Kita tidak boleh menyakiti mereka seperti ini.” Aku dan Eun
Mi tambah pusing dibuatnya. Bagaimana papa mengetahui nama papa Eun Mi padahal
sudah sangat jelas papanya belum menyebutkan namanya.
“Apa yang kau
bicarakan Kang Gae Ri? Mereka tidak boleh bersama.” Papa Eun Mi kini menggeram
marah akan tanggapan papaku.
“Setidaknya biarkan mereka tahu alasan mengapa
kita menentang hubungan mereka.” Kini kedelapan mata orang tua itu membulat tak
percaya. Ini sudah gila.
“Kang Gae Ri!
Apa yang kau bicarakan huh?” Mama Eun Mi mengikuti jejak suaminya yang telah
terkuasai oleh emosi. Dia menatap papa dengan nanar.
“Kenapa Chaerin?
Yang kubicarakan benar bukan? Jangan mementingkan diri kalian sendiri. Mereka
berhak tahu kebenarannya.”
Papa menatap
mama sambil menggenggam tangannya. “Hyorin, kau percaya padaku kan?” Pertanyaan
itu hanya dibalas anggukan oleh mama.
“Ma, Pa, apa
yang kalian bicarakan? Kenapa seperti ini? Apa Daesung punya salah pada kalian?
Katakan padaku!”
Aku bergegas
menghampiri Eun Mi yang nyaris meledak emosinya, dan aku usap kepalanya agar
dia tenang.
“Ssttt,
tenanglah. Jangan bersikap seperti ini, oke? Ini bukan sifat gadisku.” Aku
mencium punggung tangannya. Mungkin ini bisa membuat kedua pasang suami istri
itu membeku melihat pemandangan yang disuguhkan oleh anak mereka. Bagaimana
mungkin akan serumit ini?
“Berhenti
bersikap seperti itu padanya, Kang Daesung!” sentakan papa sukses membuatku
terkejut. “Kenapa pa? Apakah aku salah? Apakah aku salah mencintainya? “
“Salah besar Kang
Daesung!! Kau dengar, itu salah!” Kini papa telah habis kesabaran, dia mengepalkan
tangannya dengan kuat. Mama kini mulai mencoba meredam emosi papa yang sudah di
ubun-ubun itu.
“Pa! Kali ini
saja, kumohon mengerti aku. Jangan memikirkan dirimu sendiri. Aku bekerja siang
dan malam di perusahaan, aku mengurus perusahaan di Jepang selama dua minggu
meninggalkan Eun Mi yang mengkhawatirkanku setengah mati. Aku turuti segala
kemauanmu. Apa aku pernah membangkang? Aku bahkan tak pernah meminta apapun
darimu. Dan saat ini pertama kalinya aku minta untuk membiarkan aku bersama Eun
Mi, aku….”
“Dia adikmu Kang
Daesung! Dia adik kandungmu!” Seluruh keluarga disana tercekat. Aku terpaku,
tepat dibelakang Eun Mi.
“Hah? Kau
pasti bercanda. Pa! Jelaskan padaku!”
“Maaf, papa tidak
memberitahumu kalau kau punya adik.”
Aku memang telah
mengetahui bahwa aku bukanlah anak kandung keluarga ini, dan itulah yang
membuatku tak pernah menuntut apapun, bahkan aku selalu menaati segala perintah
papa sebagai balas budi dan rasa terima kasihku.
“Keluarga kami
berdua tak bisa mempunyai anak. Dan saat aku mengunjungi panti asuhan itu aku
melihat seorang bayi wanita yang sangat menggemaskan. Matanya bening
bercahaya, dan itu adalah kau, Eun Mi. Saat aku akan merawatnya pengurus panti
asuhan itu memperingatkan kami bahwa dia mempunyai seorang kakak. Namun
keluarga Kang datang dan ingin mengasuh anak laki-laki yang tampan itu. Jadilah
kami sepakat untuk mengadopsi sepasang kakak-beradik itu. Maaf, andaikan
saat itu kami menggubris peringatan para pengurus panti pasti hal seperti ini
tidak akan terjadi.” Mama Eun Mi kini setengah terisak.
“Eun Mi, mianhae.”
“TIDAK, ini tidak
benar! Kalian semua sudah gila!”
Eun Mi bangkit
lalu segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Keadaan restoran saat itu
memang sudah sangat sepi dan tinggal keluarga kami. Jadi tak perlu ada puluhan
pasang mata yang menyaksikan dua keluarga terhormat itu saling berteriak satu
sama lain.
Seakan tak
mendengar teriakan mama dan papanya, Eun Mi berlari menembus
hujan di kota Seoul itu. Sedari tadi ditahannya air matanya dan emosinya hingga
saat guyuran hujan membasahi seluruh tubuhnya dia menyerah, tak mampu menahan
semua perasaannya. Ribuan jarum menusuk hatinya saat dia tahu bahwa aku dan dia
adalah kakak beradik.
Eun Mi terus
membiarkan kakinya melangkah tanpa arah yang pasti. Dirasakannya sebuah tangan
menariknya kedalam pelukan sang empunya tangan. Tanpa perlu melihat wajah orang
yang memeluknya itu dia sudah mengetahui bahwa itu adalah aku. Lenganku
merengkuhnya kuat, dan ia membalas sama kuatnya.
“Maaf, Eun Mi.
Maaf.” Ucapku lirih, tubuh kami pun bergetar saat itu.
“Katakan padaku
ini hanya mimpi oppa.” Aku hanya
menangis mendengar perkataannya.
“Tapi bagaimana
mungkin sesakit ini jika ini mimpi. Bukankah baru kemarin kita berkencan?
Bukankah baru kemarin aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia
karena memilikimu? Tapi kenapa semua ini terjadi? Kenapa semuanya terungkap
disaat aku mencintaimu? Bahkan sangat mencintaimu? Apa salahku? Apakah Tuhan
tidak ingin aku bahagia? Aku tersiksa oppa.
Sangat tersiksa!”
“Eun Mi.. Aku pun
sama tersiksanya. Mengetahui bahwa orang yang aku cintai adalah adikku
sendiri.” Eun Mi melepas pelukannya dan menatapku dalam.
“Lupakan.
Lupakan kalau aku adikmu. Aku tak perduli sekalipun kau adalah kakak kandungku.
Berpura-puralah tak tahu. Mari kita jalani hidup seperti kemarin, dan anggap
hari ini tak pernah terjadi. Tetaplah di sisiku, teteplah mencintaiku
sebagai pacarmu bukan sebagai adikmu.”
Aku
menggelengkan kepala. Aku tak percaya Eun Mi berkata seperti itu. Hujan malam
itu semakin lebat membaurkan diri dengan air mata kami. Angin pun kian
berhembus kencang, berharap dapat menghapus segala kesedihanku dan Eun Mi.
“My heart is
becoming paralyzed
Your sad
expression, even if it's only slight
I really hate
them; they have all your love
Is something
missing, that they should make you cry like this?”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah berapa
tahun kejadian itu berlalu? Ah, aku lupa. Tidak, tidak mungkin aku lupa. Aku
berusaha melupakannya. Kembali kuputar memoriku. Berusaha mengingat semua
memori hidupku bersama Eun Mi. Dimana dia sekarang? Sedang apa dia? Apakah dia
merindukanku?
Peristiwa
pertemuan itu terjadi 5 tahun yang lalu, kan? Sebelum akhirnya aku berangkat ke
Amerika. 3 tahun kemudian ketika aku pulang, hanya sebentar aku bisa bertemu
dengan Eun Mi. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Tiba-tiba kakiku
berjalan sendiri. Entahlah, aku hanya mengikuti hatiku. Kubuka pintu mobilku,
aku masuk dan mulai membawanya ke suatu tempat. Ku keluarkan mobilku dari
studio rekaman. Aku pacu mobilku dengan kecepatan 80 km/jam. Dasar, aku tidak
melihat aturan batas kecepatan 60 km/jam. Masa bodoh dengan aturan. Aku pusing.
Aku tidak peduli.
Aku begitu kesal
hingga tidak kuperhatikan kendaraan disekelilingku. Tiba-tiba, sebuah taksi di
depanku membanting setir dan menghalau jalanku. Aku kaget. Kucoba untuk
menginjak rem. Sial, remnya blong. Ku banting setirku dan kurasakan mobilku
menabrak taksi tadi.
Tiba-tiba,
duniaku berputar. Putih. Aku hanya bisa mendengar orang-orang di sekelilingku
berteriak memanggil bantuan dan mencari tahu siapa yang ada di dalam mobil, dan
kemudian duniaku gelap, lalu terdengar suara sayup...
“Daesungie!! Ya Tuhan.. Apa yang terjadi
padamu? Kenapa bisa begini?”
Perlahan ku
paksa mata kecilku untuk terbuka. Aku melihat ke sekelilingku. Siapa yang
barusan memanggilku? Aku dimana?
“Mama?”
Kupaksa suaraku
untuk keluar. Sakit. Ada apa ini? Kenapa suaraku menjadi aneh begini? Bagaimana
dengan karierku sebagai penyanyi?
“Daesungie?!”
Mama langsung
memelukku, menangis.
“Ma, minta
kertas..”
Suaraku tidak
mau keluar. Rasanya perih. Sakit sekali. Akhirnya aku menulis di kertas yang
diberikan mama.
“Ma, ada apa denganku? Kemana suaraku?”
“Tenang sayang,
kau mengalami shock sehingga alat inderamu belum berfungsi normal kembali”
“Lalu, aku dimana?”
“Seoul
International Hospital.”
Deg.. Rumah
sakit ini... Eun Mi!!..
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar