Kamis, 25 Oktober 2012

Try Smilling (part 2)


Judul : Try Smiling
Author : @jessihimee
Cast :
  • Daesung
  • Eunmi (you)
  • Youngbae
  • Seunghyun (TOP)
  • Other cast
continue from part 1..


***

“I love you since I love you, since I’m happy as long as you’re here

Even though my heart aches, I try smiling again
Like someone who makes people smile, like someone who has no pain
I quietly cry behind you again today”

“Hei Daesungie! Tidak bisakah kau bertindak seperti orang normal huh? Papa pusing melihatmu”
Aku hanya mendengus kesal dan memutar bola mataku mendengarnya.
“Pa, mengertilah anak tunggalmu ini. Dia  ingin melamar pacarnya jadi wajar saja dia bertingkah abnormal seperti itu. Kau pun bersikap seperti ini saat melamarku kan?”
Dengan cepat aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda setuju. Bersyukurlah karena aku mempunyai mama yang sangat membelaku. Kuedarkan kembali pandanganku ke arah pintu masuk restoran hotel ini setelah tadi papa menginterupsiku.
Kulihat Eun Mi-ku berjalan dengan anggunnya. Sangat berbeda dengan Eun Mi-ku selama ini. Dia terlihat seperti wanita dewasa. Dress hitam selututnya dan sedikit polesan di wajahnya yang sudah ditakdirkan cantik itu menambah kesan cantiknya malam itu. Dan lihat saja bukan hanya aku yang terpesona olehnya, seluruh pria di restoran ini melihatnya dengan takjub. “Tapi maaf tuan-tuan dia milikku.” Aku membatin.
Kulirik mama dan papa yang masih mengenang masa lalunya itu. Astaga ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Tidak mengertikah mereka betapa gugupnya aku saat ini. Dan kini Eun Mi telah sampai di meja kami. 
“Selamat malam, ma, pa. Maaf aku dan keluargaku terlambat karena di luar hujannya sangat lebat.”
Eun Mi membungkuk dan disambut oleh mama dan papaku. Eun Mi memanggil mama dan papaku seperti itu karena dia sudah sangat dekat dengan mereka. Bahkan tak jarang dia mengadu pada papa jika aku menjahilinya.
 “Tidak apa-apa,Eun Mi, lagi pula kami tidak menunggu selama itu.” Mama mencium pipi Eun Mi singkat. Eun tersenyum manis sekali dan beralih ke orang tuanya.
“Ma, Pa. Kenalkan ini papa dan mamaku. Mama Papa, ini orang tua Daesung.”
Eun Mi memperkenalkan orang tuanya kepada mama dan papa. Karena walaupun Eun Mi dan mereka dekat tapi orangtuaku belum pernah bertemu dengan orang tuanya. Saat mereka saling menatap dan ingin memperkenalkan diri, kulihat mereka tercekat. Kenapa? Ada apa? Dan dapat kulihat mama menatap tak percaya.
“Tidak, ini tidak mungkin… pa??” Mama terlihat sangat shock saat ini.
“Ma? Kenapa? Ada yang salah?”
Aku melihat kedua orang tua Eun Mi yang bersikap sama –anehnya- dengan orang tuaku.
“Tidak Daesung-ah, lebih baik kita makan dulu oke?”
Ayah Eun Mi mengendalikan raut wajahnya yang tadi terlihat sama terkejutnya dengan orangtuaku
            Keluarga kami mengawali pertemuan ini dengan menyantap makan malam masing-masing. Suasananya tidak begitu hangat karena sebagian dari mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, kecuali Eun Mi dan aku tentu saja. Kami mencoba mencairkan suasana dengan menceritakan hubungan kami kepada orang tua kami. Bagaimana dalamnya cinta kami satu sama lain.
Dan setelah makan malam usai aku berani angkat bicara dengan gaya yang cukup santai namun tetap terlihat formal. 
“Tuan dan nyonya Jung, malam ini selain acara perkenalan dengan orang tuaku aku juga mempunyai maksud lain.” Aku menarik nafas kembali.
“Sudah berjalan 3 tahun kami menjalin hubungan, dan menurutku itu waktu yang cukup untuk mengenal satu sama lain. Dan saat ini juga aku ingin melamarnya dihadapan kalian semua. Mama, Papa…” Aku menatap kedua orang tuaku.
“Kini aku sudah bekerja dan saat ini aku benar-benar membutuhkan dukungan seorang istri di belakangku. Dan tuan dan nyonya Jung, kalian tidak perlu khawatir karena aku mampu menghidupi Eun Mi dan calon anak kami kelak. Jadi apakah kalian menyetujuinya?” Aku menatap keluarga Jung dengan tatapan yang sulit diartikan. 
Eun Mi yang sedari menatapku lekat kini menyunggingkan senyumnya yang mampu membuat dirinya lebih tenang. Terdengar pula isakan dari mamaku dan mama Eun Mi mengiringi instrumen piano yang tengah dibawakan oleh pianis di panggung kecil hotel itu.
 “Terimakasih, Daesung-ah karena kau telah mencintai putri kami, namun kami tidak bisa menerima lamaranmu.”
Aku dan Eun Mi sontak melongo tak percaya.
“Ah, maaf, tuan Jung jika lamaranku ini terlalu cepat. Aku bisa menundanya hingga keluarga kita bisa saling mengenal lebih dekat.”
Aku tersenyum ramah seakan-akan hatiku tidak serisau yang dirasakannya.
“Tidak perlu Daesung-ah, karena sampai kapan pun aku tak akan menerima lamaranmu.” Ayah Eun Mi menatapku sendu . Dan ada ribuan pertanyaan yang mengganggu pikiranku saat ini. Apa penyebabnya menolakku? Apakah Eun Mi akan dijodohkan dengan pria lain? Atau apakah ayahnya tidak menyukaiku?
“Pa! Apa-apaan sih?? Apa yang kalian bicarakan?”
Eun Mi yang sedari terdiam akhirnya angkat bicara. Dia tidak mengerti mengapa papanya menolak lamaranku.
“Bukankah semalam papa bilang kalau papa sangat menyukai Daesung dan akan sangat senang jika dia menjadi menantumu?”
“Maaf sayang, maaf sekali. Tapi kami tidak akan membiarkanmu bersamanya. Ini kesalahan.” Mama Eun Mi kini menangis sejadi-jadinya.
“Lebih baik kita pulang.” Baru saja ayah Eun Mi hendak bangkit dari duduknya, papaku akhirnya berbicara.
“Jangan seperti ini, Jung Il Woo! Kita tidak boleh menyakiti mereka seperti ini.” Aku dan Eun Mi tambah pusing dibuatnya. Bagaimana papa mengetahui nama papa Eun Mi padahal sudah sangat jelas papanya belum menyebutkan namanya.
“Apa yang kau bicarakan Kang Gae Ri? Mereka tidak boleh bersama.” Papa Eun Mi kini menggeram marah akan tanggapan papaku.
 “Setidaknya biarkan mereka tahu alasan mengapa kita menentang hubungan mereka.” Kini kedelapan mata orang tua itu membulat tak percaya. Ini sudah gila.
“Kang Gae Ri! Apa yang kau bicarakan huh?” Mama Eun Mi mengikuti jejak suaminya yang telah terkuasai oleh emosi. Dia menatap papa dengan nanar.
“Kenapa Chaerin? Yang kubicarakan benar bukan? Jangan mementingkan diri kalian sendiri. Mereka berhak tahu kebenarannya.”  
Papa menatap mama sambil menggenggam tangannya. “Hyorin, kau percaya padaku kan?” Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan oleh mama.
“Ma, Pa, apa yang kalian bicarakan? Kenapa seperti ini? Apa Daesung punya salah pada kalian? Katakan padaku!”
Aku bergegas menghampiri Eun Mi yang nyaris meledak emosinya, dan aku usap kepalanya agar dia tenang.
“Ssttt, tenanglah. Jangan bersikap seperti ini, oke? Ini bukan sifat gadisku.” Aku mencium punggung tangannya. Mungkin ini bisa membuat kedua pasang suami istri itu membeku melihat pemandangan yang disuguhkan oleh anak mereka. Bagaimana mungkin akan serumit ini?
“Berhenti bersikap seperti itu padanya, Kang Daesung!” sentakan papa sukses membuatku terkejut. “Kenapa pa? Apakah aku salah? Apakah aku salah mencintainya? “
“Salah besar Kang Daesung!! Kau dengar, itu salah!” Kini papa telah habis kesabaran, dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Mama kini mulai mencoba meredam emosi papa yang sudah di ubun-ubun itu. 
“Pa! Kali ini saja, kumohon mengerti aku. Jangan memikirkan dirimu sendiri. Aku bekerja siang dan malam di perusahaan, aku mengurus perusahaan di Jepang selama dua minggu meninggalkan Eun Mi yang mengkhawatirkanku setengah mati. Aku turuti segala kemauanmu. Apa aku pernah membangkang? Aku bahkan tak pernah meminta apapun darimu. Dan saat ini pertama kalinya aku minta untuk membiarkan aku bersama Eun Mi, aku….”
“Dia adikmu Kang Daesung! Dia adik kandungmu!” Seluruh keluarga disana tercekat. Aku terpaku, tepat dibelakang Eun Mi.
“Hah? Kau pasti bercanda. Pa! Jelaskan padaku!”
“Maaf, papa tidak memberitahumu kalau kau punya adik.”
Aku memang telah mengetahui bahwa aku bukanlah anak kandung keluarga ini, dan itulah yang membuatku tak pernah menuntut apapun, bahkan aku selalu menaati segala perintah papa sebagai balas budi dan rasa terima kasihku.
“Keluarga kami berdua tak bisa mempunyai anak. Dan saat aku mengunjungi panti asuhan itu aku melihat seorang bayi wanita yang sangat menggemaskan. Matanya bening bercahaya, dan itu adalah kau, Eun Mi. Saat aku akan merawatnya pengurus panti asuhan itu memperingatkan kami bahwa dia mempunyai seorang kakak. Namun keluarga Kang datang dan ingin mengasuh anak laki-laki yang tampan itu. Jadilah kami sepakat untuk mengadopsi sepasang kakak-beradik itu. Maaf, andaikan saat itu kami menggubris peringatan para pengurus panti pasti hal seperti ini tidak akan terjadi.” Mama Eun Mi kini setengah terisak.
“Eun Mi, mianhae.”
“TIDAK, ini tidak benar! Kalian semua sudah gila!”
Eun Mi bangkit lalu segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Keadaan restoran saat itu memang sudah sangat sepi dan tinggal keluarga kami. Jadi tak perlu ada puluhan pasang mata yang menyaksikan dua keluarga terhormat itu saling berteriak satu sama lain.
Seakan tak mendengar teriakan mama dan papanya, Eun Mi berlari menembus hujan di kota Seoul itu. Sedari tadi ditahannya air matanya dan emosinya hingga saat guyuran hujan membasahi seluruh tubuhnya dia menyerah, tak mampu menahan semua perasaannya. Ribuan jarum menusuk hatinya saat dia tahu bahwa aku dan dia adalah kakak beradik. 
Eun Mi terus membiarkan kakinya melangkah tanpa arah yang pasti. Dirasakannya sebuah tangan menariknya kedalam pelukan sang empunya tangan. Tanpa perlu melihat wajah orang yang memeluknya itu dia sudah mengetahui bahwa itu adalah aku. Lenganku merengkuhnya kuat, dan ia membalas sama kuatnya.
“Maaf, Eun Mi. Maaf.” Ucapku lirih, tubuh kami pun bergetar saat itu.
“Katakan padaku ini hanya mimpi oppa.” Aku hanya menangis mendengar perkataannya.
“Tapi bagaimana mungkin sesakit ini jika ini mimpi. Bukankah baru kemarin kita berkencan? Bukankah baru kemarin aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia karena memilikimu? Tapi kenapa semua ini terjadi? Kenapa semuanya terungkap disaat aku mencintaimu? Bahkan sangat mencintaimu? Apa salahku? Apakah Tuhan tidak ingin aku bahagia? Aku tersiksa oppa. Sangat tersiksa!”
“Eun Mi.. Aku pun sama tersiksanya. Mengetahui bahwa orang yang aku cintai adalah adikku sendiri.” Eun Mi melepas pelukannya dan menatapku dalam.
“Lupakan. Lupakan kalau aku adikmu. Aku tak perduli sekalipun kau adalah kakak kandungku. Berpura-puralah tak tahu. Mari kita jalani hidup seperti kemarin, dan anggap hari ini tak pernah terjadi. Tetaplah di sisiku, teteplah mencintaiku sebagai pacarmu bukan sebagai adikmu.”
Aku menggelengkan kepala. Aku tak percaya Eun Mi berkata seperti itu. Hujan malam itu semakin lebat membaurkan diri dengan air mata kami. Angin pun kian berhembus kencang, berharap dapat menghapus segala kesedihanku dan Eun Mi.
“My heart is becoming paralyzed
Your sad expression, even if it's only slight
I really hate them; they have all your love
Is something missing, that they should make you cry like this?”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah berapa tahun kejadian itu berlalu? Ah, aku lupa. Tidak, tidak mungkin aku lupa. Aku berusaha melupakannya. Kembali kuputar memoriku. Berusaha mengingat semua memori hidupku bersama Eun Mi. Dimana dia sekarang? Sedang apa dia? Apakah dia merindukanku?
Peristiwa pertemuan itu terjadi 5 tahun yang lalu, kan? Sebelum akhirnya aku berangkat ke Amerika. 3 tahun kemudian ketika aku pulang, hanya sebentar aku bisa bertemu dengan Eun Mi. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Tiba-tiba kakiku berjalan sendiri. Entahlah, aku hanya mengikuti hatiku. Kubuka pintu mobilku, aku masuk dan mulai membawanya ke suatu tempat. Ku keluarkan mobilku dari studio rekaman. Aku pacu mobilku dengan kecepatan 80 km/jam. Dasar, aku tidak melihat aturan batas kecepatan 60 km/jam. Masa bodoh dengan aturan. Aku pusing. Aku tidak peduli.
Aku begitu kesal hingga tidak kuperhatikan kendaraan disekelilingku. Tiba-tiba, sebuah taksi di depanku membanting setir dan menghalau jalanku. Aku kaget. Kucoba untuk menginjak rem. Sial, remnya blong. Ku banting setirku dan kurasakan mobilku menabrak taksi tadi.
Tiba-tiba, duniaku berputar. Putih. Aku hanya bisa mendengar orang-orang di sekelilingku berteriak memanggil bantuan dan mencari tahu siapa yang ada di dalam mobil, dan kemudian duniaku gelap, lalu terdengar suara sayup...
“Daesungie!! Ya Tuhan.. Apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa begini?”
Perlahan ku paksa mata kecilku untuk terbuka. Aku melihat ke sekelilingku. Siapa yang barusan memanggilku? Aku dimana?
“Mama?”
Kupaksa suaraku untuk keluar. Sakit. Ada apa ini? Kenapa suaraku menjadi aneh begini? Bagaimana dengan karierku sebagai penyanyi?
“Daesungie?!”
Mama langsung memelukku, menangis.
“Ma, minta kertas..”
Suaraku tidak mau keluar. Rasanya perih. Sakit sekali. Akhirnya aku menulis di kertas yang diberikan mama.
“Ma, ada apa denganku? Kemana suaraku?”
“Tenang sayang, kau mengalami shock sehingga alat inderamu belum berfungsi normal kembali”
“Lalu, aku dimana?”
“Seoul International Hospital.”
Deg.. Rumah sakit ini... Eun Mi!!..

To be continued...


Tidak ada komentar: