Created by :
@Desiijo (Desy Permatasari)
Cast : TOP and G-DRAGON (BIGBANG) , tokoh wanita >> Jung Mi Na
[ NB : pembaca akan menjadi tokoh "Jung Mi Na" ]
Cast : TOP and G-DRAGON (BIGBANG) , tokoh wanita >> Jung Mi Na
[ NB : pembaca akan menjadi tokoh "Jung Mi Na" ]
***
“Brukkk”
Kujatuhkan tubuhku diatas tempat tidur. Ingin rasanya aku menangis,
mengetahui bahwa ayah dan ibu lagi-lagi tak bisa menemani saat saat
liburanku. Tiket wahana barusan kudapat, tapi ada kabar dari ayah
bahwa beliau tak bisa menemaniku liburan.
Kuambil boneka beruang yang berada didekat kepalaku, kuremas kencang
boneka itu. Perasaan kesal,sedih jadi satu. Hingga akupun akhirnya
merasa lelah sendiri, dan tanpa terasa akupun tertidur hingga keesokan
hari.
Paginya…
suara alarm dikamar membangunkanku. Hawa malas untuk bangun masih
menyelimutiku, namun tiba-tiba aku ingat akan hari ini.
“Seharusnya hari ini aku pergi bersenang-senang di wahana dengan ayah
dan ibu” Gerutuku.
***
Perasaan semalam kurasakan kembali, kutendang-tendang bantal dan
guling yang ada disekitarku hingga semuanya terjatuh kebawah. Sesaat
aku terdiam, berfikir untuk mengendalikan amarah. Ada sekitar lima
menitan aku terdiam, hingga akhirnya aku bangun dari tempat tidur
mengambil pita rambut yang ada dilemari rias dekat tempat tidurku dan
mulai kukucir rambutku.
“Blaamm” bunyi suara pintu kamar yang sedikit kubanting.
aku berjalan menuju telepon yang ada diruang tengah dan mengecek
apakah ada pesan untukku yang masuk semalam. Setelah aku check,
ternyata tak ada pesan untukku, akupun segera berjalan menuju kamar
mandi untuk segera mandi.
“Ponsel, sudah. Tiket,sudah. Uang, juga sudah.. Hmmmm nampaknya semua
sudah komplit untuk kubawa” gumamku yang sedang bersiap-siap.
Sekali lagi aku bercermin merapikan rambut sejenak,setelah merasa
beres akupun segera melangkah keluar. Kukunci pintu rumah,
kulangkahkan kaki ini menuju ke Stasiun.
Hari ini, aku positif pergi sendirian ke wahana itu. Kubuka kembali
ponselku, berharap ada kabar gembira dari ayah namun sepertinya
harapanku tak terkabulkan. Tak ada pesan masuk, ataupun panggilan yang
masuk untukku.
Kini, aku sudah sampai didalam kereta.
Kugenggam erat-erat tiket kereta yangsudah kubeli. Kereta hari ini
nampak dipadati oleh banyak orang, aku sampai khawatir apakah aku akan
mendapatkan tempat duduk karena perjalanan menuju wahana bisa dibilang
cukup jauh dan akan cukup melelahkan jika sepanjang perjalanan aku
harus berdiri karena tak dapat tempat duduk.
Nampaknya ada petugas kereta yang memahami kekhawatiranku, ia
mendekatiku dan menanyakan padaku .
Lalu dia menunjukkanku jalan, dan berharap aku mengikutinya. Sampailah
disebuah kursi, dimana disana ada dua orang pria disitu.
Yang satu, pria dengan tubuh kecil yang sepertinya sedang asyik
mendengarkan lagu yang mp3 player yang ia letakkan disaku celana. Dan
yang satunya lagi, pria tersebut terlihat lebih besar dari pria kecil
yang berada disampingnya, pria itu mengenakan suits berwarna abu-abu
dan ia sedang asik membaca majalah.
Namun, ada jarak duduk diantara mereka berdua. Petugas kereta
menyarankan agar aku duduk ditengah-tengah mereka karena sebentar lagi
kereta akan berjalan. Akupun mengiyakannya, agak canggung memang
karena aku duduk diantara dua pria yang tidak aku kenal.
Kugeledah isi tasku, aku mencari mp3 player agar perjalanan dikereta
nantinya tak terasa membosankan.
Tiba-tiba saja tubuhku tersentak, rem yang diinjak sang masinis begitu
mengejutkan para penumpang yang ada didalam kereta, tak terkecuali
aku. Gara-gara peristiwa tadi, pria kecil yang ada disebelah kiriku
terjatuh dipundakku. Akupun kaget, kutolehkan kepalaku kearahnya namun
ternyata ia tertidur. Aku berusaha membetulkan posisinya kembali.
“Percuma saja jika kau membetulkan posisinya. Nanti dia juga akan
jatuh lagi kepundakmu” ia menutup majalah yang sedang dibacanya
“Kau mengenalnya?”
“Ya..” jawabnya
Baiklah, aku turuti perkataan pria itu. Kubiarkan setidaknya satu jam
ia berada dipundakku.
“Siapa?” Suara pria besar yang ada disebelah kananku, mengagetkanku.
“Maaf,apa?” tanyaku dengan raut wajah bingung.
“Namamu,siapa? Boleh aku tahu?” Pria itu menjulurkan tangannya kepadaku
“ Jung Mi na” kubalas jabatan tangannya.
“Oh..kau asli orang Korea ?”
“Memangnya kenapa?” aku mengerutkan alis.
“Ahh..tidak, hanya saja kau tak terlihat seperti orang Korea.”
Aku menunjuk kearah mataku, ia mengangguk. Aku memang memiliki mata
seperti layaknya orang Eropa. Ibuku orang perancis, jadi mata biru ini
kudapat dari ibuku. Nampaknya, ia mengerti mengenai apa yang barusan
aku jelaskan tadi.
“Kau?”
“Aku orang Korea, juga”
“Bukan, maksudku namamu. Aku belum tahu siapa namamu?”
“namaku, TOP”
“Hah ? TOP ? nama apa itu ? namamu dalam sebuah kelompok genk ?
Hahahaha, itu sangat terlihat konyol. Ayolah,serius sedikit
denganku..”
aku yakin itu bukan nama asli. Tapi, tunggu dulu !
kenapa dengan santainya aku menyebutkan nama asliku? Aku jadi
teringat kata-kata ayah yang menyuruhku untuk jangan terlalu akrab
dengan orang yang baru kukenal. Dia saja tak menyebutkan nama aslinya,
kenapa kusebutkan nama asliku?
“BODOH, MINA! KAU BODOH ! “ teriakku dalam hati
“Apa aku terlihat seperti ketua genk ? Hah..” ia mendesah
“Itu memang bukan nama asliku” lanjutnya sambil tersenyum
“Lalu siapa nama aslimu ?”
Ia hanya tersenyum dan menggeleng. Aku mulai merasa khawatir, Oh Tuhan
! Lindungilah perjalananku kali ini. Selamatkan aku sampai tujuan,
doaku dalam hati.
“Kau mau kemana?” lagi-lagi ia mulai mengajakku berbicara.
“Aku ingin pergi ke wahana.”
“Sendiri?”
Akupun mengangguk perlahan.
“Ayah dan ibumu ?”
Aku menggeleng .
“Boleh aku mendengarkannya juga?” ia menunjuk kearah mp3 playerku.
“Oh..baiklah, ini satu untukmu.”
Kulanjutkan percakapan,
“Ayah dan ibu lagi-lagi tak bisa menemaniku. Jadi aku pergi sendiri,
percuma kalau tiket yang sudah susah payah kubeli harus terbuang
percuma.” Jawabku lirih.
Ia terdiam mendengar ceritaku sambil tetap memandangiku.
“Apakah ini hari ulang tahunmu?”
Aku menoleh kearahnya dengan raut wajah kaget. Seperti dapat tamparan
keras, aku segera membuka ponselku untuk melihat kalender. Namun,
ketika ponsel kubuka ada pesan masuk dari ayah. Beliau mengucapkan
permohonan maaf dan mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Dan
setelah kulihat harinya, aku semakin terbelalak. Ternyata ini adalah
hari ulang tahunku, dan akupun tak menyadarinya.
Aku segera menoleh kearah TOP
“Iyaa..hari ini ulang tahunku. Darimana kau tahu?”
Ia tak menjawab perkataanku, perlahan ia mendekat kearahku, dan
mendekatkan bibirnya ketelingaku sambil berkata
“Selamat ulang tahun, Nona cantik.”
Bisikkannya begitu lembut ditelinga. Seolah-olah membuat dunia
berhenti bergerak. Namun, seketika itu suasana romantic jadi hancur
karena suara tawa yang ia keluarkan setelah membisikiku.
“Jangan terlalu serius,seperti itu.” Katanya, sambil terus tertawa melihatku.
Kupukul dia sekencang-kencangnya. Setidaknya, dari tadi dia tahu aku
begitu tegang dan berkat dia suasana tegang dalam diriku lama-lama
mulai berkurang.
Tanpa terasa sudah satu jam lamanya, pengumuman untuk segera turun ke
stasiun berikutnya juga barusan kudengar.
Bergegas kurapikan isi tasku, yang sempat kukeluarkan tadi karena TOP
penasaran dengan isi tas yang kubawa.
“Terima kasih sudah menemani perjalananku, nampaknya kita harus
berpisah disini. Aku akan segera turun disini. Semoga kau selamat
sampai tempat tujuanmu.” kukatakan kepadanya sambil merapikan tasku.
Setelah semuanya sudah beres,akupun beranjak untuk bangun . Aku
lupa,bahwa daritadi pria kecil tersebut bersandar dibahuku. Kepalanya
terjatuh membentur kursi penumpang.
“Aww…” Pria kecil itupun terbangun dari tidurnya. Ia membuka
kacamatanya, dan melihat kearahku. Matanya yang sipit dan merah karena
bangun tidur begitu terlihat jelas. Kemudian, ia memakai kacamatanya
kembali.
“Maafkan aku,maafkan aku. Mari sini kubantu”
Namun pria tersebut enggan untuk dibantu. Masinis telah memberhentikan
keretanya. Gerbong keretapun sudah dibuka, setelah meminta maaf kepada
pria kecil itu, aku segera mengikuti kerumunan penumpang lainnya yang
hendak menuju keluar.
“Siapa nama gadis itu,hyung?” Tanya pria kecil tersebut.
“Mina”
“Ayo,segera rapikan barang-barangmu. Kita akan segera turun” perintah
TOP, terhadap pria kecil itu.
***
“Hahhh…” desasku ketika sampai di wahana itu.
“Semua pergi bersama keluarga, ada yang dengan kekasihnya, ada yang
bersama teman-temannya” sambil melihat-lihat pengunjung yang hadir di
wahana tersebut.
Kumainkan tali ransel kecilku, aku masih bingung ingin bermain
diwahana apa. Tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku.
“Hei,mina ! kau harus tanggung jawab”
Kubalikkan badan ini menuju kearah suara yang memanggil namaku. Namun
aku tak menemukan sosok orang yang telah memanggil namaku itu. Namun
tiba-tiba secara mengejutkan TOP, dan pria kecil itu sudah ada
disebelahku. Langkah kakipun terhenti, kupandangi pria kecil itu
dengan raut heran. Pria kecil itu melepaskan topi yang sedang
dikenakannya dan memasangkannya diatas kepalaku serta merapikan
rambutku. Aku hanya terdiam memandangnya.
“Kenalkan, namaku Jiyong” ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum.
Oh,tuhan ! Ini bukan mimpi kan ? kenapa lagi-lagi dunia seakan-akan
berhenti berputar. Aku berada diantara dua pria yang barusan kukenal,
namun entah mengapa mereka begitu berkharisma. Lantas, apa yang
membuat kita bertemu kembali ? Inikah takdir ?
“Kita akan naik ke wahana yang mana ?” Tanya top, entah hanya kepadaku
atau kepada jiyong juga.
“Jetcoster, yeahhh ! “ Teriak jiyong dengan semangat.
“Hei..apa apaan ini? Apa maksud kalian?”
“Kami berdua akan menemanimu seharian di wahana ini Nona Mina” ucap
Jiyong disusul dengan anggukan TOP.
“Apapun yang kau inginkan akan kami kabulkan. Dan, satu lagi…”
“Apa?”
“Selamat ulang tahun, Mina” kecupan dipipi yang diberikan oleh Jiyong
membuat darah ku seakan berhenti beredar. Perasaanku kacau saat ini
karena kehaadiran mereka berdua.
Aku ingin menangis rasanya, karena saat ini aku tak sendirian. Aku
tak kebingungan lagi ingin naik wahana yang mana. Aku tak akan
berpura-pura bahagia dihadapan orang-orang yang lalu lalang
dihadapanku.
“Terima kasih” ujarku lirih, entah mereka mendengar atau tidak. TOP
segera merangkulku, dan segera mengajak untuk menuju ke wahana
jetcoster.
“Mina, apa kau suka naik jetcoster?”
“Aku sangat suka.”
Mendadak, airmata ini keluar secara perlahan. Air mata bahagia, karena
setidaknya dihari ulang tahunku aku tidak kesepian. Terima kasih,
Tuhan. Engkau sudah menurunkan malaikatmu untuk menemaniku dihari
ulang tahunku ini.
Sesampainya di wahana jetcoster..
Semua penumpang sudah duduk dikursi masing-masing, tinggal kursi
paling depan dan barisan kedua yang masih kosong. Penjaga wahana
jetcoster,segera mempersilahkan kami untuk menduduki tempat ini.
“Aku tak akan membiarkan wanita duduk sendirian.” Ucap jiyong.
“Baiklah kalau begitu. Aku ada dibelakangmu” jawab TOP
Jiyong mempersilahkanku untuk duduk, kemudian ia menyusul untuk duduk
disebelahku. Orang-orang yang naik wahana Jetcoster melihat kearah
kami semua.
“Apa kami terlihat begitu mencolok? Sehingga orang-orang melihat kami
bertiga? Atau karena kami duduk dibarisan paling depan? Jadi kami
menjadi pusat sorotan seperti ini?” Gumamku dalam hati.
Setelah selesai mengenakan sabuk pengaman, wahana pun segera
dijalankan. Semua penumpangpun mulai berteriak. Laju jetcoster semakin
cepat, aku dan jiyong semakin bersemangat. Namun,ketika posisi
jetcoster sedang berada dipuncak tiba-tiba saja secara mengejutkan
jetcoster tersebut berhenti.
“1..2..3…. Akan terjadi suatu sensasi” ucap jiyong.
Dan benar saja, jetcoster tiba-tiba turun dan berjalan mundur dengan
kecepatan kencang. Semua penumpang berteriak histeris, tak terkecuali
jiyong
“Minaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Aku menoleh kearahnya, dan bergantian untuk berteriak sekencang-kencangnya
“Jiyongggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg”
Ketika wahana sudah berhenti, akupun melepaskan sabuk pengaman.
“Wuuooooo” teriak jiyong puas, disampingku.
Aku tertawa melihatnya.
“Hei, kenapa kau tadi meneriaki namaku?” tanyanya sambil membantuku turun.
“Kau juga , tadi memanggil kenapa meneriaki namaku?” Ia juga balik
bertanya kepadaku.
Tiba-tiba mataku tertuju oleh sebuah wahana, sebuah perahu yang
melintasi medan seperti air terjun.
“Ayo kita kesana! ” pintaku kepada mereka berdua.
Mereka berdua terdiam sejenak, kemudian top berkata
“Apa kau membawa baju ganti?”
Aku menggeleng..
“Lihat!” ujar top sambil menujukkan tanganya ke wahana yang kutuju.
“Kalau kau naik itu, bajumu pasti akan basah. Sekarang… kau mau naik
itu, kalau bajumu basah bagaimana? “ lanjutnya
“Basah ? Ya, tak masalah.” Jawabku enteng
“Bukan begitu. Kau ini perempuan, jika bajumu basah otomatis nanti
bentuk badanmu akan mudah terlihat oleh orang. Aku dan jiyong tak
menginginkan hal itu terjadi,mengerti.” Ucapnya.
Sejenak TOP mengingatkanku pada ayah. Ia juga begitu, ia takkan rela
membiarkan sesuatu yang nantinya akan terjadi padaku. Sosok lembut
yang selalu ingin melindungi seseorang dengan tulus. Aku bisa membaca
kelembutan hatinya.
“Begini saja..” jiyong pun membuka suara
“Nanti kita sama-sama membeli baju setelah ini? Bagaimana ?”
AHA ! itu ide yang bagus, pikirku. Akupun mengiyakan perkataan jiyong.
Terlihat top sedang berfikir sejenak, kemudian ia mengiyakan saran
dari jiyong. Aku dan jiyong pun terlihat senang.
Kami berjalan bertiga menuju wahana selanjutnya.
Jiyong menggenggam tanganku, sambil terdengar bernyanyi nyanyi kecil.
Suaranya indah ketika bernyanyi. Top berjalan disebelahku, namun ia
tak menyentuh tanganku. Mungkin, tadi ketika menuju wahana jetcoster
ia telah merangkulku, sekarang gantian jiyong yang bertugas untuk
menjagaku.
Fantasikupun mulai bermain, berkat kedua pria ini.
Aku sedang menunggu kehadiran jiyong yang katakannya mau membelikan
baju untukku sejenak. Kini kami berdua menunggunya didepan pintu masuk
kamar mandi. Badan kami bertiga basah semua, TOP menyarankan agar aku
segera mengganti bajuku.
“Ayah…”
Tanpa sadar aku memanggil ayah. TOP menoleh kearahku..
“Aku rindu ayah dan ibu.. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Suasana piknik yang kurasakan sampai umurku menginjak 7 tahun, kini
tak pernah kurasakan lagi. Aku selalu mengidolakan ayah, semua
nasehat; kata kata ayah yang diucapkan melalui telepon selalu kuingat
dan kujalani baik-baik. Dan Ibu, aku sangat merindukan masakan
buatannya.. Tapi sekarang, aku tak pernah lagi merasakan masakannya.
Sampai sekarang, masih kusimpan foto kita bertiga didalam dompet.. Aku
bangga menjadi anak ayah dan ibu…
Aku sangat rindu dengan mereka”
Tangisanku pun meledak, tubuhku gemetar akibat tangisanku yang
kuluapkan semua. Selama ini, perasaanku selalu kupendam dan entah
kenapa ketika berada disamping TOP rasanya aku ingin menceritakan dan
meluapkan semuanya.
TOP berjalan mendekat dan merangkulku.
“Mereka juga pasti rindu terhadapmu. Percayalah” ucapannya
begitu terdengar lembut.
Ia semakin mengingatkanku pada ayah. Terakhir kali ayah mengusap-usap
rambutku ketika aku berulang tahun diumur yang ke 7. Aku tak pernah
mendapatkan perlakuan seperti ini lagi, namun hari ini. Dihari ulang
tahunku, aku mendapatkannya kembali..
Aku benar-benar senang….
“Hei..kalian berdua sedang apa?” suara Jiyong mengagetkan kami
berdua. TOP melepaskan pelukannya, akupun berusaha mengusap airmataku.
“Mina kau menangis?” Jiyong bertanya, sambil memandangi wajahku. Raut
wajahnya terlihat khawatir.
“Aku tak apa-apa”
Ia menoleh kearah TOP untuk meyakinkan semuanya. TOP pun mengangguk,
kemudian raut khawatir dari wajahnya perlahan hilang.
“Ini baju untukmu. Pakailah” Aku menerima baju yang ia berikan. Aku
meninggalkan mereka berdua dan mulai masuk ke kamar mandi.
Setelah aku selesai berganti baju, aku dikejutkan dengan kerumunan
orang yang ramai sekali didepan pintu masuk kamar mandi. Kulihat,
semua kerumunan itu adalah wanita.
Tiba-tiba ada yang menarik tanganku, ia menarikku untuk menembus
kerumunan. Aku tak bisa melihat sosoknya. Sesak,sempit dan tak leluasa
itulah perasaan yang kurasakan ketika aku berlari didalam kerumunan.
Setelah beberapa meter kami berlari, aku baru bisa melihat sosok yang
menarik tanganku tadi. Ternyata mereka berdua TOP dan Jiyong.
TOP mengenakan jaket hitam dibadanku. Belum sempat aku menanyakkan
alasannya, Jiyong kembali menarik tanganku untuk berlari. TOP ada
disamping kami, kulihat kearah belakang dan aku terkejut bahwa kami
dikejar oleh kerumunan yang tadi aku lihat didepan pintu masuk toilet.
Puluhan wanita belari dan berteriak memanggil nama “GD&TOP”
Tunggu ! Sebenarnya, siapa mereka berdua?
“Sebentar lagi pintu gerbang. Apa kau sudah meneleponnya?” teriak jiyong.
“Sudah.. Nah, mobil hitam yang disana? Kau melihatnya? Kuharap dia
melihat kita dan segera membuka pintu mobilnya.”
Pintu gerbang berhasil kita lewati, namun kerumunan wanita itu tetap
saja mengejar Dan, Happ!
Kami bertiga berhasil masuk kedalam mobil.
“Sebenarnya siapa kalian?” dengan nafas yang masih terengah-engah
kutanyakan pertanyaan ini pada mereka.
Malam itu, aku dengan selamat diantar pulang dengan mereka berdua.
Entah mengapa rasa penasaranku lebih besar daripada rasa lelah yang
kudapatkan hari ini. Kubuka segera laptopku, aku segera mencarinya di
google kuketik nama yang selama ini membuatku penasaran “GD&TOP”
Aku tercengang ketika menemui hasil yang kudapatkan..
ONCE WEEKS AGO…
“Sayang, sudah belum? Ayo, ayahmu hampir tua karena begitu menunggumu”
teriak ibu dari luar kamar.
Aku hanya bisa tertawa mendengar lelucon dari ibu.
Hari ini, aku akan berjalan-jalan dengan ayah dan ibu. Ayah telah
menunggu didalam mobil, dan ibu bertugas untuk mengambil paksa aku.
Hahahahaha, aku senang ketika mendengar lelucon mereka berdua. Ayah
memang sengaja mengambil libur, katanya ini semua untuk mengganti
ketidak hadiran ayah dan ibu dihari ulang tahunku seminggu yang lalu.
Akupun keluar dari kamar.
“Tapi sebelumnya, aku mau diantarkan terlebih dulu dibandara. Aku
harus mengantarkan temanku. Hari ini jadwal keberangkatannya.”
“Untuk itukah kau berdandan dengan cantik ? Oh… Mina kau sudah tumbuh
dewasa, kau terlihat cantik,sayang.” Puji ibu sambil memelukku.
“Ibu mau tau, siapa pria itu? Ayo kenalkan pada ayah dan ibumu ini?”
“Ahh..ibu..tidak, kita hanya berteman. Tidak, aku tak mau
mengenalkannya pada ibu, nanti ibu pasti akan tertarik pada temanku
itu.. nanti bisa bahaya,bu. Hahahaha”
“Setampan apa orangnya? Apa melebihi tampannya ayah?”
Kami terus bercanda disepanjang jalan, hingga kulihat ayah melambaikan
tangannya dari dalam mobil.
Aku menatap langit
“Cepat sekali, TUHAN. Hari ini aku akan berpisah dengan dua malaikat
itu.. Kuatkan hatiku nanti, ketika aku mengantarkan mereka
dibandara.”
Kucium lembut, jaket hitam yang kugunakan hari ini.
Hari ini..
kukenakan semua topi, baju dan jaket yang diberikan mereka kepadaku
dihari itu. Agar, mereka selalu ingat akan kenangan kita yang terjadi
bersama dihari ulang tahunku.
-THE END-
“Brukkk”
Kujatuhkan tubuhku diatas tempat tidur. Ingin rasanya aku menangis,
mengetahui bahwa ayah dan ibu lagi-lagi tak bisa menemani saat saat
liburanku. Tiket wahana barusan kudapat, tapi ada kabar dari ayah
bahwa beliau tak bisa menemaniku liburan.
Kuambil boneka beruang yang berada didekat kepalaku, kuremas kencang
boneka itu. Perasaan kesal,sedih jadi satu. Hingga akupun akhirnya
merasa lelah sendiri, dan tanpa terasa akupun tertidur hingga keesokan
hari.
Paginya…
suara alarm dikamar membangunkanku. Hawa malas untuk bangun masih
menyelimutiku, namun tiba-tiba aku ingat akan hari ini.
“Seharusnya hari ini aku pergi bersenang-senang di wahana dengan ayah
dan ibu” Gerutuku.
***
Perasaan semalam kurasakan kembali, kutendang-tendang bantal dan
guling yang ada disekitarku hingga semuanya terjatuh kebawah. Sesaat
aku terdiam, berfikir untuk mengendalikan amarah. Ada sekitar lima
menitan aku terdiam, hingga akhirnya aku bangun dari tempat tidur
mengambil pita rambut yang ada dilemari rias dekat tempat tidurku dan
mulai kukucir rambutku.
“Blaamm” bunyi suara pintu kamar yang sedikit kubanting.
aku berjalan menuju telepon yang ada diruang tengah dan mengecek
apakah ada pesan untukku yang masuk semalam. Setelah aku check,
ternyata tak ada pesan untukku, akupun segera berjalan menuju kamar
mandi untuk segera mandi.
“Ponsel, sudah. Tiket,sudah. Uang, juga sudah.. Hmmmm nampaknya semua
sudah komplit untuk kubawa” gumamku yang sedang bersiap-siap.
Sekali lagi aku bercermin merapikan rambut sejenak,setelah merasa
beres akupun segera melangkah keluar. Kukunci pintu rumah,
kulangkahkan kaki ini menuju ke Stasiun.
Hari ini, aku positif pergi sendirian ke wahana itu. Kubuka kembali
ponselku, berharap ada kabar gembira dari ayah namun sepertinya
harapanku tak terkabulkan. Tak ada pesan masuk, ataupun panggilan yang
masuk untukku.
Kini, aku sudah sampai didalam kereta.
Kugenggam erat-erat tiket kereta yangsudah kubeli. Kereta hari ini
nampak dipadati oleh banyak orang, aku sampai khawatir apakah aku akan
mendapatkan tempat duduk karena perjalanan menuju wahana bisa dibilang
cukup jauh dan akan cukup melelahkan jika sepanjang perjalanan aku
harus berdiri karena tak dapat tempat duduk.
Nampaknya ada petugas kereta yang memahami kekhawatiranku, ia
mendekatiku dan menanyakan padaku .
Lalu dia menunjukkanku jalan, dan berharap aku mengikutinya. Sampailah
disebuah kursi, dimana disana ada dua orang pria disitu.
Yang satu, pria dengan tubuh kecil yang sepertinya sedang asyik
mendengarkan lagu yang mp3 player yang ia letakkan disaku celana. Dan
yang satunya lagi, pria tersebut terlihat lebih besar dari pria kecil
yang berada disampingnya, pria itu mengenakan suits berwarna abu-abu
dan ia sedang asik membaca majalah.
Namun, ada jarak duduk diantara mereka berdua. Petugas kereta
menyarankan agar aku duduk ditengah-tengah mereka karena sebentar lagi
kereta akan berjalan. Akupun mengiyakannya, agak canggung memang
karena aku duduk diantara dua pria yang tidak aku kenal.
Kugeledah isi tasku, aku mencari mp3 player agar perjalanan dikereta
nantinya tak terasa membosankan.
Tiba-tiba saja tubuhku tersentak, rem yang diinjak sang masinis begitu
mengejutkan para penumpang yang ada didalam kereta, tak terkecuali
aku. Gara-gara peristiwa tadi, pria kecil yang ada disebelah kiriku
terjatuh dipundakku. Akupun kaget, kutolehkan kepalaku kearahnya namun
ternyata ia tertidur. Aku berusaha membetulkan posisinya kembali.
“Percuma saja jika kau membetulkan posisinya. Nanti dia juga akan
jatuh lagi kepundakmu” ia menutup majalah yang sedang dibacanya
“Kau mengenalnya?”
“Ya..” jawabnya
Baiklah, aku turuti perkataan pria itu. Kubiarkan setidaknya satu jam
ia berada dipundakku.
“Siapa?” Suara pria besar yang ada disebelah kananku, mengagetkanku.
“Maaf,apa?” tanyaku dengan raut wajah bingung.
“Namamu,siapa? Boleh aku tahu?” Pria itu menjulurkan tangannya kepadaku
“ Jung Mi na” kubalas jabatan tangannya.
“Oh..kau asli orang Korea ?”
“Memangnya kenapa?” aku mengerutkan alis.
“Ahh..tidak, hanya saja kau tak terlihat seperti orang Korea.”
Aku menunjuk kearah mataku, ia mengangguk. Aku memang memiliki mata
seperti layaknya orang Eropa. Ibuku orang perancis, jadi mata biru ini
kudapat dari ibuku. Nampaknya, ia mengerti mengenai apa yang barusan
aku jelaskan tadi.
“Kau?”
“Aku orang Korea, juga”
“Bukan, maksudku namamu. Aku belum tahu siapa namamu?”
“namaku, TOP”
“Hah ? TOP ? nama apa itu ? namamu dalam sebuah kelompok genk ?
Hahahaha, itu sangat terlihat konyol. Ayolah,serius sedikit
denganku..”
aku yakin itu bukan nama asli. Tapi, tunggu dulu !
kenapa dengan santainya aku menyebutkan nama asliku? Aku jadi
teringat kata-kata ayah yang menyuruhku untuk jangan terlalu akrab
dengan orang yang baru kukenal. Dia saja tak menyebutkan nama aslinya,
kenapa kusebutkan nama asliku?
“BODOH, MINA! KAU BODOH ! “ teriakku dalam hati
“Apa aku terlihat seperti ketua genk ? Hah..” ia mendesah
“Itu memang bukan nama asliku” lanjutnya sambil tersenyum
“Lalu siapa nama aslimu ?”
Ia hanya tersenyum dan menggeleng. Aku mulai merasa khawatir, Oh Tuhan
! Lindungilah perjalananku kali ini. Selamatkan aku sampai tujuan,
doaku dalam hati.
“Kau mau kemana?” lagi-lagi ia mulai mengajakku berbicara.
“Aku ingin pergi ke wahana.”
“Sendiri?”
Akupun mengangguk perlahan.
“Ayah dan ibumu ?”
Aku menggeleng .
“Boleh aku mendengarkannya juga?” ia menunjuk kearah mp3 playerku.
“Oh..baiklah, ini satu untukmu.”
Kulanjutkan percakapan,
“Ayah dan ibu lagi-lagi tak bisa menemaniku. Jadi aku pergi sendiri,
percuma kalau tiket yang sudah susah payah kubeli harus terbuang
percuma.” Jawabku lirih.
Ia terdiam mendengar ceritaku sambil tetap memandangiku.
“Apakah ini hari ulang tahunmu?”
Aku menoleh kearahnya dengan raut wajah kaget. Seperti dapat tamparan
keras, aku segera membuka ponselku untuk melihat kalender. Namun,
ketika ponsel kubuka ada pesan masuk dari ayah. Beliau mengucapkan
permohonan maaf dan mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Dan
setelah kulihat harinya, aku semakin terbelalak. Ternyata ini adalah
hari ulang tahunku, dan akupun tak menyadarinya.
Aku segera menoleh kearah TOP
“Iyaa..hari ini ulang tahunku. Darimana kau tahu?”
Ia tak menjawab perkataanku, perlahan ia mendekat kearahku, dan
mendekatkan bibirnya ketelingaku sambil berkata
“Selamat ulang tahun, Nona cantik.”
Bisikkannya begitu lembut ditelinga. Seolah-olah membuat dunia
berhenti bergerak. Namun, seketika itu suasana romantic jadi hancur
karena suara tawa yang ia keluarkan setelah membisikiku.
“Jangan terlalu serius,seperti itu.” Katanya, sambil terus tertawa melihatku.
Kupukul dia sekencang-kencangnya. Setidaknya, dari tadi dia tahu aku
begitu tegang dan berkat dia suasana tegang dalam diriku lama-lama
mulai berkurang.
Tanpa terasa sudah satu jam lamanya, pengumuman untuk segera turun ke
stasiun berikutnya juga barusan kudengar.
Bergegas kurapikan isi tasku, yang sempat kukeluarkan tadi karena TOP
penasaran dengan isi tas yang kubawa.
“Terima kasih sudah menemani perjalananku, nampaknya kita harus
berpisah disini. Aku akan segera turun disini. Semoga kau selamat
sampai tempat tujuanmu.” kukatakan kepadanya sambil merapikan tasku.
Setelah semuanya sudah beres,akupun beranjak untuk bangun . Aku
lupa,bahwa daritadi pria kecil tersebut bersandar dibahuku. Kepalanya
terjatuh membentur kursi penumpang.
“Aww…” Pria kecil itupun terbangun dari tidurnya. Ia membuka
kacamatanya, dan melihat kearahku. Matanya yang sipit dan merah karena
bangun tidur begitu terlihat jelas. Kemudian, ia memakai kacamatanya
kembali.
“Maafkan aku,maafkan aku. Mari sini kubantu”
Namun pria tersebut enggan untuk dibantu. Masinis telah memberhentikan
keretanya. Gerbong keretapun sudah dibuka, setelah meminta maaf kepada
pria kecil itu, aku segera mengikuti kerumunan penumpang lainnya yang
hendak menuju keluar.
“Siapa nama gadis itu,hyung?” Tanya pria kecil tersebut.
“Mina”
“Ayo,segera rapikan barang-barangmu. Kita akan segera turun” perintah
TOP, terhadap pria kecil itu.
***
“Hahhh…” desasku ketika sampai di wahana itu.
“Semua pergi bersama keluarga, ada yang dengan kekasihnya, ada yang
bersama teman-temannya” sambil melihat-lihat pengunjung yang hadir di
wahana tersebut.
Kumainkan tali ransel kecilku, aku masih bingung ingin bermain
diwahana apa. Tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku.
“Hei,mina ! kau harus tanggung jawab”
Kubalikkan badan ini menuju kearah suara yang memanggil namaku. Namun
aku tak menemukan sosok orang yang telah memanggil namaku itu. Namun
tiba-tiba secara mengejutkan TOP, dan pria kecil itu sudah ada
disebelahku. Langkah kakipun terhenti, kupandangi pria kecil itu
dengan raut heran. Pria kecil itu melepaskan topi yang sedang
dikenakannya dan memasangkannya diatas kepalaku serta merapikan
rambutku. Aku hanya terdiam memandangnya.
“Kenalkan, namaku Jiyong” ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum.
Oh,tuhan ! Ini bukan mimpi kan ? kenapa lagi-lagi dunia seakan-akan
berhenti berputar. Aku berada diantara dua pria yang barusan kukenal,
namun entah mengapa mereka begitu berkharisma. Lantas, apa yang
membuat kita bertemu kembali ? Inikah takdir ?
“Kita akan naik ke wahana yang mana ?” Tanya top, entah hanya kepadaku
atau kepada jiyong juga.
“Jetcoster, yeahhh ! “ Teriak jiyong dengan semangat.
“Hei..apa apaan ini? Apa maksud kalian?”
“Kami berdua akan menemanimu seharian di wahana ini Nona Mina” ucap
Jiyong disusul dengan anggukan TOP.
“Apapun yang kau inginkan akan kami kabulkan. Dan, satu lagi…”
“Apa?”
“Selamat ulang tahun, Mina” kecupan dipipi yang diberikan oleh Jiyong
membuat darah ku seakan berhenti beredar. Perasaanku kacau saat ini
karena kehaadiran mereka berdua.
Aku ingin menangis rasanya, karena saat ini aku tak sendirian. Aku
tak kebingungan lagi ingin naik wahana yang mana. Aku tak akan
berpura-pura bahagia dihadapan orang-orang yang lalu lalang
dihadapanku.
“Terima kasih” ujarku lirih, entah mereka mendengar atau tidak. TOP
segera merangkulku, dan segera mengajak untuk menuju ke wahana
jetcoster.
“Mina, apa kau suka naik jetcoster?”
“Aku sangat suka.”
Mendadak, airmata ini keluar secara perlahan. Air mata bahagia, karena
setidaknya dihari ulang tahunku aku tidak kesepian. Terima kasih,
Tuhan. Engkau sudah menurunkan malaikatmu untuk menemaniku dihari
ulang tahunku ini.
Sesampainya di wahana jetcoster..
Semua penumpang sudah duduk dikursi masing-masing, tinggal kursi
paling depan dan barisan kedua yang masih kosong. Penjaga wahana
jetcoster,segera mempersilahkan kami untuk menduduki tempat ini.
“Aku tak akan membiarkan wanita duduk sendirian.” Ucap jiyong.
“Baiklah kalau begitu. Aku ada dibelakangmu” jawab TOP
Jiyong mempersilahkanku untuk duduk, kemudian ia menyusul untuk duduk
disebelahku. Orang-orang yang naik wahana Jetcoster melihat kearah
kami semua.
“Apa kami terlihat begitu mencolok? Sehingga orang-orang melihat kami
bertiga? Atau karena kami duduk dibarisan paling depan? Jadi kami
menjadi pusat sorotan seperti ini?” Gumamku dalam hati.
Setelah selesai mengenakan sabuk pengaman, wahana pun segera
dijalankan. Semua penumpangpun mulai berteriak. Laju jetcoster semakin
cepat, aku dan jiyong semakin bersemangat. Namun,ketika posisi
jetcoster sedang berada dipuncak tiba-tiba saja secara mengejutkan
jetcoster tersebut berhenti.
“1..2..3…. Akan terjadi suatu sensasi” ucap jiyong.
Dan benar saja, jetcoster tiba-tiba turun dan berjalan mundur dengan
kecepatan kencang. Semua penumpang berteriak histeris, tak terkecuali
jiyong
“Minaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Aku menoleh kearahnya, dan bergantian untuk berteriak sekencang-kencangnya
“Jiyongggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg”
Ketika wahana sudah berhenti, akupun melepaskan sabuk pengaman.
“Wuuooooo” teriak jiyong puas, disampingku.
Aku tertawa melihatnya.
“Hei, kenapa kau tadi meneriaki namaku?” tanyanya sambil membantuku turun.
“Kau juga , tadi memanggil kenapa meneriaki namaku?” Ia juga balik
bertanya kepadaku.
Tiba-tiba mataku tertuju oleh sebuah wahana, sebuah perahu yang
melintasi medan seperti air terjun.
“Ayo kita kesana! ” pintaku kepada mereka berdua.
Mereka berdua terdiam sejenak, kemudian top berkata
“Apa kau membawa baju ganti?”
Aku menggeleng..
“Lihat!” ujar top sambil menujukkan tanganya ke wahana yang kutuju.
“Kalau kau naik itu, bajumu pasti akan basah. Sekarang… kau mau naik
itu, kalau bajumu basah bagaimana? “ lanjutnya
“Basah ? Ya, tak masalah.” Jawabku enteng
“Bukan begitu. Kau ini perempuan, jika bajumu basah otomatis nanti
bentuk badanmu akan mudah terlihat oleh orang. Aku dan jiyong tak
menginginkan hal itu terjadi,mengerti.” Ucapnya.
Sejenak TOP mengingatkanku pada ayah. Ia juga begitu, ia takkan rela
membiarkan sesuatu yang nantinya akan terjadi padaku. Sosok lembut
yang selalu ingin melindungi seseorang dengan tulus. Aku bisa membaca
kelembutan hatinya.
“Begini saja..” jiyong pun membuka suara
“Nanti kita sama-sama membeli baju setelah ini? Bagaimana ?”
AHA ! itu ide yang bagus, pikirku. Akupun mengiyakan perkataan jiyong.
Terlihat top sedang berfikir sejenak, kemudian ia mengiyakan saran
dari jiyong. Aku dan jiyong pun terlihat senang.
Kami berjalan bertiga menuju wahana selanjutnya.
Jiyong menggenggam tanganku, sambil terdengar bernyanyi nyanyi kecil.
Suaranya indah ketika bernyanyi. Top berjalan disebelahku, namun ia
tak menyentuh tanganku. Mungkin, tadi ketika menuju wahana jetcoster
ia telah merangkulku, sekarang gantian jiyong yang bertugas untuk
menjagaku.
Fantasikupun mulai bermain, berkat kedua pria ini.
Aku sedang menunggu kehadiran jiyong yang katakannya mau membelikan
baju untukku sejenak. Kini kami berdua menunggunya didepan pintu masuk
kamar mandi. Badan kami bertiga basah semua, TOP menyarankan agar aku
segera mengganti bajuku.
“Ayah…”
Tanpa sadar aku memanggil ayah. TOP menoleh kearahku..
“Aku rindu ayah dan ibu.. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Suasana piknik yang kurasakan sampai umurku menginjak 7 tahun, kini
tak pernah kurasakan lagi. Aku selalu mengidolakan ayah, semua
nasehat; kata kata ayah yang diucapkan melalui telepon selalu kuingat
dan kujalani baik-baik. Dan Ibu, aku sangat merindukan masakan
buatannya.. Tapi sekarang, aku tak pernah lagi merasakan masakannya.
Sampai sekarang, masih kusimpan foto kita bertiga didalam dompet.. Aku
bangga menjadi anak ayah dan ibu…
Aku sangat rindu dengan mereka”
Tangisanku pun meledak, tubuhku gemetar akibat tangisanku yang
kuluapkan semua. Selama ini, perasaanku selalu kupendam dan entah
kenapa ketika berada disamping TOP rasanya aku ingin menceritakan dan
meluapkan semuanya.
TOP berjalan mendekat dan merangkulku.
“Mereka juga pasti rindu terhadapmu. Percayalah” ucapannya
begitu terdengar lembut.
Ia semakin mengingatkanku pada ayah. Terakhir kali ayah mengusap-usap
rambutku ketika aku berulang tahun diumur yang ke 7. Aku tak pernah
mendapatkan perlakuan seperti ini lagi, namun hari ini. Dihari ulang
tahunku, aku mendapatkannya kembali..
Aku benar-benar senang….
“Hei..kalian berdua sedang apa?” suara Jiyong mengagetkan kami
berdua. TOP melepaskan pelukannya, akupun berusaha mengusap airmataku.
“Mina kau menangis?” Jiyong bertanya, sambil memandangi wajahku. Raut
wajahnya terlihat khawatir.
“Aku tak apa-apa”
Ia menoleh kearah TOP untuk meyakinkan semuanya. TOP pun mengangguk,
kemudian raut khawatir dari wajahnya perlahan hilang.
“Ini baju untukmu. Pakailah” Aku menerima baju yang ia berikan. Aku
meninggalkan mereka berdua dan mulai masuk ke kamar mandi.
Setelah aku selesai berganti baju, aku dikejutkan dengan kerumunan
orang yang ramai sekali didepan pintu masuk kamar mandi. Kulihat,
semua kerumunan itu adalah wanita.
Tiba-tiba ada yang menarik tanganku, ia menarikku untuk menembus
kerumunan. Aku tak bisa melihat sosoknya. Sesak,sempit dan tak leluasa
itulah perasaan yang kurasakan ketika aku berlari didalam kerumunan.
Setelah beberapa meter kami berlari, aku baru bisa melihat sosok yang
menarik tanganku tadi. Ternyata mereka berdua TOP dan Jiyong.
TOP mengenakan jaket hitam dibadanku. Belum sempat aku menanyakkan
alasannya, Jiyong kembali menarik tanganku untuk berlari. TOP ada
disamping kami, kulihat kearah belakang dan aku terkejut bahwa kami
dikejar oleh kerumunan yang tadi aku lihat didepan pintu masuk toilet.
Puluhan wanita belari dan berteriak memanggil nama “GD&TOP”
Tunggu ! Sebenarnya, siapa mereka berdua?
“Sebentar lagi pintu gerbang. Apa kau sudah meneleponnya?” teriak jiyong.
“Sudah.. Nah, mobil hitam yang disana? Kau melihatnya? Kuharap dia
melihat kita dan segera membuka pintu mobilnya.”
Pintu gerbang berhasil kita lewati, namun kerumunan wanita itu tetap
saja mengejar Dan, Happ!
Kami bertiga berhasil masuk kedalam mobil.
“Sebenarnya siapa kalian?” dengan nafas yang masih terengah-engah
kutanyakan pertanyaan ini pada mereka.
Malam itu, aku dengan selamat diantar pulang dengan mereka berdua.
Entah mengapa rasa penasaranku lebih besar daripada rasa lelah yang
kudapatkan hari ini. Kubuka segera laptopku, aku segera mencarinya di
google kuketik nama yang selama ini membuatku penasaran “GD&TOP”
Aku tercengang ketika menemui hasil yang kudapatkan..
ONCE WEEKS AGO…
“Sayang, sudah belum? Ayo, ayahmu hampir tua karena begitu menunggumu”
teriak ibu dari luar kamar.
Aku hanya bisa tertawa mendengar lelucon dari ibu.
Hari ini, aku akan berjalan-jalan dengan ayah dan ibu. Ayah telah
menunggu didalam mobil, dan ibu bertugas untuk mengambil paksa aku.
Hahahahaha, aku senang ketika mendengar lelucon mereka berdua. Ayah
memang sengaja mengambil libur, katanya ini semua untuk mengganti
ketidak hadiran ayah dan ibu dihari ulang tahunku seminggu yang lalu.
Akupun keluar dari kamar.
“Tapi sebelumnya, aku mau diantarkan terlebih dulu dibandara. Aku
harus mengantarkan temanku. Hari ini jadwal keberangkatannya.”
“Untuk itukah kau berdandan dengan cantik ? Oh… Mina kau sudah tumbuh
dewasa, kau terlihat cantik,sayang.” Puji ibu sambil memelukku.
“Ibu mau tau, siapa pria itu? Ayo kenalkan pada ayah dan ibumu ini?”
“Ahh..ibu..tidak, kita hanya berteman. Tidak, aku tak mau
mengenalkannya pada ibu, nanti ibu pasti akan tertarik pada temanku
itu.. nanti bisa bahaya,bu. Hahahaha”
“Setampan apa orangnya? Apa melebihi tampannya ayah?”
Kami terus bercanda disepanjang jalan, hingga kulihat ayah melambaikan
tangannya dari dalam mobil.
Aku menatap langit
“Cepat sekali, TUHAN. Hari ini aku akan berpisah dengan dua malaikat
itu.. Kuatkan hatiku nanti, ketika aku mengantarkan mereka
dibandara.”
Kucium lembut, jaket hitam yang kugunakan hari ini.
Hari ini..
kukenakan semua topi, baju dan jaket yang diberikan mereka kepadaku
dihari itu. Agar, mereka selalu ingat akan kenangan kita yang terjadi
bersama dihari ulang tahunku.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar