Jumat, 13 Juli 2012

[fanfict] I'm not a monster part 1


cast: seung-ri. choi seunghyun, kwon jiyong, dong youngbae,nicole
author: @ofaoktara 

           Seung-ri membuka matanya perlahan dan melihat sinar matahari sudah memenuhi kamarnya yang lebih mirip kapal pecah. Kemarin sore ia baru sampai di Seoul setelah satu minggu berada di Tokyo, Jepang untuk menghadiri pertunangan kakaknya, Choi Seung-hyun. Sebenarnya waktu satu minggu tidak cukup baginya, karena 10 tahun yang lalu ia sudah harus hidup terpisah dengan ibu dan kakak kandungnya. Ayah dan ibunya bercerai. Ia lebih memilih hidup bersama dengan ayahnya, dan Seung-hyun, kakaknya lebih memilih hidup bersama ibunya. Dua tahun setelah perceraian itu, ibunya menikah lagi. Dan sejak saat itu, Seung-ri dan Ayahnya pindah ke Los Angeles. Ia melanjutkan sekolahnya, dan sang ayah membangun bisnis. Ketika ia selesai dengan S1nya di Los Angeles, ia memutuskan untuk bekerja di Seoul, dan mengajak ayahnya juga.
              Ia menyibak selimut tebal berwarna coklat susu yang membalut tubuhnya. Dengan satu gerakan cepat, ia mengambil benda berharga bagi semua orang. Iya, ponsel. Ponsel itu masih terlihat oleh indra penglihatannya diantara barang-barang yang berserakan di kamar tersebut. Ia menekan beberapa nomor, lalu telpon tersambung, dan terdengar suara riang dari ujung telpon. Suara yang mengukir senyum indah di bibirnya.
              “Hallo”. Suara riang itu yang ia rindukan, sangat ia rindukan. Sangat sulit menghubungi gadisnya itu ketika ia berada di Seoul.
              “Hallo” ulang gadis itu. “Oh iya, seharusnya aku berkata seperti ini. Good morning Dear. How missed I’m? Hey, I miss your voice so much. I miss you so much”.
              Seung-ri terkekeh mendengar celotehan gadisnya yang terdengar sangat ringan di telinganya. “Really? I just little miss you, not too much” katanya bergurau.
              Ia mendengar jelas ketika gadis itu mendesah. “Okay, may be you had been met beautiful girl in Tokyo, and you fall in loved with her”.
              Kali ini Seung-ri tertawa terbahak-bahak mendengar tuduhan yang tidak jelas dari gadisnya itu. Ia memang bertemu dengan banyak gadis cantik, tapi sangat tidak mungkin ia jatuh cinta pada gadis-gadis itu.
              “Honey?”
              “Nae Changiya. I’m still here”.
              “Dan, apakah kau bertemu dengan gadis –gadis cantik di Seoul?”
              “Of course
              Hening sejenak. Seung-ri tidak mendapati suara gadisnya terdengar di telinganya. Sebelum pikiran gadisnya melayang kemana-mana, ia segera menambahkan, “Tapi, kau sudah mengunci hatiku hanya untukmu, mana mungkin aku bisa jatuh hati pada gadis lain”.
              Tapi, suasana masih tetap hening. Seung-ri tidak mendengar suara apapun dari ujung telpon. “Nicole ah?” panggilnya.
              “Thanks dear, Thank you so much” kata Nicole. “Jadi, apakah kau masih di tempat tidur sekarang?”.
              “Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Seung-ri heran. Nicole telah mengenalnya begitu baik, dan Nicole telah membawa separuh hidupnya
              “Aku hanya menebak” jawab Nicole ringan.
              “Sekarang kau ada dimana?”
              “Kau tebak saja”.
              “Jangan membuat tebak-tebakkan di pagi hari Nicole ah”.
              “Berarti kau tidak peka dengan keadaanku”.
              “Bukan seperti itu” Seung-ri memindahkan ponsel dari telinga kiri ke telinga kanan. Ia bangkit dari tempat tidur lalu berjalan keluar dari kamarnya yang sangat berantakan. “Baiklah, aku akan menebak dimana kau berada” katanya. Kakinya melangkah dengan begitu cepat menuju ruang tamu. Lalu, entah apa yang merasuki pikirannya, “Jangan bilang kau sudah ada di depan appartement Ji-yong Hyung?”
              Nicole hanya bergumam tidak jelas, dan itu membuat kening Seung-ri berkerut. Kemudian sambungan telpon tiba-tiba terputus, dan bel pintu appartement Kwon Ji-yong berbunyi.
***
              Nicole Jung memamerkan senyumnya yang paling indah saat Seung-ri membuka pintu. Ia mengangkat tangan lalu menyapa laki-laki yang sangat dicintainya itu.
              Seung-ri mendesah, ia tidak mempercayai matanya sendiri jika Nicole sudah berdiri di depannya sekarang. Tanpa membalas sapaan dari Nicole, ia melingkarkan kedua tangannya di leher gadis itu, lalu mengatakan sesuatu, “Astaga, aku benar-benar merindukanmu Nicole ah”. Ia tahu jika gadisnya sedikit terkejut ketika ia melakukan hal tadi. Tapi, bukankah hal itu yang dilakukan seseorang jika merindukan kekasihnya kemudian bertemu lagi?
              Awalnya tangan Nicole terkulai di sisi tubuhnya. Tapi, kehangatan tubuh Seung-ri sudah menjalari sekujur tubuhnya, dan ia percaya bahwa pelukan ini bukan mimpi, pelukan ini sangat nyata. Ia mengangkat tangannya yang sedari tadi terkulai di sisi tubuhnya, lalu memperat pelukan Seung-ri.
              “Jadi, kau bohong kan?” bisik Nicole sambil tertawa kecil.
              Seung-ri mengerutkan dahi, ia melonggarkan pelukannya agar bisa melihat wajah Nicole. Ia mengangkat bahu, lalu berkata, “Bohong? Aku tidak pernah berbohong padamu”.
              “Kau tadi mengatakan jika kau hanya sedikit merindukanku” kata Nicole dengan memberengutkan wajahnya. Ia melihat Seung-ri yang lantas tertawa mendengar kata-katanya tadi. Ia juga ikut tertawa kecil karena menurutnya reaksinya tadi sedikit berlebihan.
              Seung-ri menatap Nicole lembut. Disaat seperti inilah jantungnya berdetak tidak normal, napasnya terengah-engah, ia juga tidak tahu mengapa hal itu terjadi. Padahal hubungannya dengan Nicole sudah berjalan hampir 1 tahun, namun rasa gugup seperti ini sering sekali muncul. “Baiklah, aku tidak akan berbohong seperti ini lagi. Aku akan jujur jika aku merindukanmu setiap hari, jika aku merindukanmu setiap waktu” kata Seung-ri lembut.
              Kata-kata Seung-ri tadi membuat Nicole tersenyum gembira. Ia belum pernah merasakan sebahagia ini, ia belum pernah sangat mencintai seseorang seperti saat ia mencintai Seung-ri. Lalu, tiba-tiba ada pikiran aneh yang merasuki otaknya. Ia menangkup wajah Seung-ri, berjinjit, lalu mengecup bibir laki-laki ringan.
              Seung-ri hanya bisa menatap Nicole yang sedang salah tingkah dengan tatapan bingung dan terkejut. Ciuman ringan tadi seolah-olah menghentikkan dunia. Ia memegangi bibirnya dan masih merasa tidak percaya, “Nicole ah” ia lalu tersenyum gembira. “Kau benar-benar sulit ditebak”.
              Nicole tertawa datar, ia masih merasa salah tingkah melakukan ciuman ringan tadi. Bukankah tindakan yang sangat gegabah?
              Mereka berdua saling tatap satu sama lain, entah tatapan kosong, atau tatapan yang lain. Mereka hanya diam di tempat. Mendadak, Seung-ri menarik pinggang Nicole mendekat padanya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Nicole. Ia melihat dengan jelas jika Nicole sudah menutup matanya. Ia hanya tertawa kecil melihat hal itu, lalu semakin mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari wajah Nicole. Bibir Seung-ri sudah sangat dekat, sampai… mereka berdua mendengar suara teriakan dari belakang.
              “Hey, jangan bercumbu di pagi hari” begitulah suara teriakan itu. Secara otomatis, Seung-ri dan Nicole menjauhkan tubuh mereka masing-masing dan terlihat salah tingkah. Seung-ri menoleh ke belakang melihat Kwon Ji-yong dengan sweater hitam dan celana panjang putih mengerutkan dahi menatap mereka berdua. Penampilannya terlihat sangat acak-acakan karena ia memang baru bangun dari tidur yang kelihatannya buruk semalam. Lalu, Ji-yong memasang seulas senyum dan mengangkat sebelah tangan menyapa Nicole. “Apa kabar Nicole ah, sudah lama tidak bertemu?”
              Nicole hanya tersenyum, “Baik, bagaimana denganmu Oppa?”
              “Seperti yang kau lihat hari ini” kata Ji-yong memandang tubuhnya sendiri. Ia kembali menatap Nicole, lalu mengalihkan tatapannya ke arah Seung-ri. “Dan kau Seung-ri ah, jangan biarkan gadis cantik hanya berdiri di situ saja, cepat ajak dia masuk ke dalam”.
              Seung-ri hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia meraih bahu Nicole, merangkulnya untuk masuk ke dalam. “Kau lihat kan, Ji-yong Hyung terlihat sedikit aneh pagi ini?” bisik Seung-ri. Nicole hanya tertawa kecil mendengar hal itu.
              “Apa yang kau katakan tadi?” seru Ji-yong. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang lalu menatap Seung-ri tajam. “Aku terlihat aneh?” katanya lagi.
              Seung-ri hanya memasang senyum datar tanpa menanggapi ucapan laki-laki itu. Lalu, ia mendengar Ji-yong berkata lagi, “Nicole ah, maukah kau buatkan sarapan untuk kami berdua? Kau tahu jika pacar kesayanganmu itu tidak bisa memasak dengan baik.”
***
              Tepat pukul 10.00, Kwon Ji-yong bersama Lee Seung-ri dan Nicole Jung tiba di gedung appartement dekat pusat kota Seoul. Jarak gedung itu dari appartement Ji-yong cukup jauh karena milik Ji-yong berada di pinggiran kota. Ji-yong menyuruh Seung-ri dan Nicole untuk turun. Kemudian ia berkata bahwa dirinya tidak bisa membantu Seung-ri pindah rumah karena pekerjaannya sangat banyak. Setelah selesai menurunkan beberapa barang, mobil Ji-yong pun meninggalkan gedung appartement itu.
              “Appartementnya terlihat mewah” gumam Nicole sambil mendongak menatap gedung appartemen itu.
              Seung-ri meraih bahu Nicole sambil menarik koper besar yang ia bawa, “Benarkah? Aku juga tidak tahu kapan ayahku membelinya. Aku hanya tahu jika aku harus segera menempati appartement ini bersama ayahku dan istri barunya”.
              Nicole terkejut ketika mendengar Seung-ri mengatakan hal tadi, ia menatap Seung-ri lalu bertanya, “Istri baru? Jadi ayahmu memutuskan untuk menikah lagi?”
              Seung-ri memindahkan tangannya lalu menggenggam tangan Nicole, “Aku rasa seperti itu. Kau tahu siapa wanita itu? Dia dosenku saat aku masih kuliah, bukankah kebetulan sekali?” mereka berdua berjalan masuk ke dalam gedung appartement, lalu Seung-ri menambahkan, “Aku juga tidak menyangka setelah perceraian 10 tahun lalu ayahku berniat menikah lagi, tapi sudahlah, aku juga ingin melihatnya bahagia”.
              Mereka berdua masuk ke dalam lift menuju lantai tiga, “Jadi kapan pernikahan itu akan berlangsung?”
              “Bulan depan, maaf aku memberitahumu terlambat” kata Seung-ri. Saat itu pintu lift terbuka, dan mereka berjalan beriringan keluar dari lift. “Kau tahu kan aku sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga kita saja tidak punya waktu untuk berdua” lanjutnya.
              Mereka sampai di depan appartementnya. Ia merogoh kunci dari dalam saku celana, tapi ia tidak langsung membuka pintu, melainkan menatap Nicole yang memegang boks sedang berisi barang-barang miliknya lalu berkata lagi, “Jadi, kapan kita akan meresmikan hubungan ini?” katanya dengan nada yang dibuat tegas dan jelas.
              Entah apa yang merasuki pikiran Nicole sehingga ia melepaskan genggaman tangan Seung-ri begitu saja lalu mundur satu langkah. Ia cukup terkejut atas kata-kata yang diucapkan Seung-ri tadi, meresmikan hubungan? Menikah maksudnya? Mengapa cepat sekali?
              “Kita sudah berpacaran selama 1 tahun, apakah waktu itu masih terlalu singkat untukmu? Kau butuh waktu berapa lama sampai kita bisa sampai ke titik itu?”
              Ia belum mengatakan apapun, lalu mengapa Seung-ri bisa berkomentar seperti itu? Apakah ia tadi menyuarakan pikirannya? Oh, sunggu benar-benar bodoh dirinya saat ini. Sekarang, apa yang harus ia jawab? Ah, ia tidak tahu, otaknya sangat lamban bekerja sekarang, otaknya tidak bisa memproses kata-kata yang ingin ia keluarkan. Aduh, bagaimana ini?
              Seung-ri hanya tertawa kecil melihat dirinya yang hanya mengigit bibir sambil memutar bola mata. Pasti ia sekarang terlihat aneh, pasti seperti itu. Mendadak matanya terbelalak ketika Seung-ri berjalan mendekat lalu menangkup wajahnya. Laki-laki itu hanya menatapnya. Iya, disaat inilah ia sangat menyukai Lee Seung-ri, tatapan laki-laki itu membuatnya merasa tenang, membuatnya merasa nyaman, membuatnya merasa menjadi wanita paling bahagia. Ia sendiri tidak sadar ketika wajah mereka sangat dekat, dan Seung-ri menyentuh bibirnya dengan sangat lembut. Ia memang terkejut, tapi kelembutan sentuhan tadi membuatnya semakin tenang, semakin nyaman dan semakin bahagia. Dan, boks yang ada di tangannyapun jatuh ke lantai begitu saja.
              Sentuhan tadi hanya berlangsung beberapa saat karena tiba-tiba saja ada beberapa orang yang mungkin tinggal di gedung appartement itu juga melewati mereka berdua. Orang-orang itu menatap mereka dengan tatapan geli dan heran. Hanya Nicole yang menyadari keberadaan orang-orang itu sehingga ia dengan gerakan cepat melepaskan sentuhan itu dan menatap Seung-ri yang terlihat enggan. Ia mengambil paksa kunci appartement dari tangan kiri Seung-ri. Dengan satu gerakan cepat, ia memasang kunci pada knop pintu, membukanya lalu menarik Seung-ri masuk ke dalam bersama barang-barang yang tergeletak di lantai saat ‘sentuhan’ tadi.
***
              Appartement tersebut tidak sepenuhnya kosong. Di ruang tamu sudah ada sofa berwarna hitam dengan plisir berwarna perak lengkap dengan meja. Berjalan ke kiri sedikit, ada ruang santai dengan bantal duduk dan TV LCD yang cukup besar. Ruang santai itu terlihat sangat nyaman. Di sekitar ruang santai ada dua buah kamar yang nantinya akan menjadi kamar Seung-ri dan ayahnya.
              Nicole dan Seung-ri meletakkan barang-barang yang mereka bawa di meja ruang tamu. “Aku mengecek kamar dulu” kata Seung-ri seraya menyuruh Nicole untuk duduk di sofa lalu menarik koper besarnya. Nicole menuruti kata-kata Seung-ri untuk duduk di sofa. Ia meletakkan boks yang ia bawa tadi di meja, lalu menatapnya dengan pandangan disipitkan. Ia sedikit penasaran dengan isi kotak tersebut, tapi bukankah tidak sopan jika ia membuka boks tersebut jika pemiliknya tidak tahu. Ia mengurungkan niatnya membuka boks tersebut.
              Nicole menyandarkan tubuhnya ke belakang lalu merasakan betapa sofa ini sangat empuk. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu menerawang ke depan. Ia tiba-tiba memikirkan kata-kata Seung-ri sebelum menciumnya tadi. Kata-kata tentang pernikahan, tentang Seung-ri yang ingin meresmikan hubungan mereka berdua. Sebenarnya ia juga menginginkan hal itu, menginginkan hubungannya sampai pada titik yang paling tinggi, pernikahan. Keluarganya di Jepang juga sudah mengetahui tentang Seung-ri, dan ia juga sudah sering bertemu dengan ayah Seung-ri. Mungkin ia dan Seung-ri bisa saja sampai ke titik tersebut. Tapi baginya, waktu satu tahun masihlah kurang untuknya menjalin hubungan. Waktu itu masih sangat kurang, ia masih merasa belum mengenal Seung-ri dengan baik. Ia masih sedikit ragu dengan Seung-ri walau laki-laki sudah menunjukkan segalanya, menunjukkan jika laki-laki itu memang mencintainya, menyayanginya dan ingin memiliki hatinya. Ia sangat tahu akan hal itu. Laki-laki itu bahkan memberikan untuknya lebih, melebihi ekspektasinya. Laki-laki itu sudah mengeluarkannya dari jurang trauma yang menurutnya sangat mengerikan. Dan, Seung-ri berhasil membuatnya merasakan cinta yang sebenarnya.
              “Honey, apakah kau melamun?”
              Suara itu membuyarkan pikiran Nicole begitu saja. Ia memperbaiki posisinya duduknya lalu menatap Seung-ri yang sedang menyunggingkan senyum paling membahagiakan di dunia untuknya. Mungkin, jika ia bisa hidup bersama dengan Seung-ri ia akan melihat senyum itu setiap harinya.
              “Honey” panggil Seung-ri sekali lagi. “Apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya berjalan mendekat ke arah Nicole lalu duduk disamping gadis itu.
              Nicole hanya menggeleng dan tersenyum. Ia melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Seung-ri lalu menjatuhkan kepalanya di bahu laki-laki itu. “Aku melamun karena menunggumu, apa yang kau lakukan di kamar sehingga membuatku menunggu?” tanyanya seraya meraih tangan Seung-ri kemudian menggenggamnya erat.
              Seung-ri hanya tertawa geli mendengar kata-kata yang Nicole ucapkan. Ia merangkul bahu Nicole lalu mengecup dahinya sekilas, “Aku minta maaf karena membuatmu menunggu” katanya ringan. Seung-ri meletakkan kepalanya di atas kepala Nicole kemudian menikmati suasana yang hangat dan nyaman ini. Bersama dengan Nicole selalu membuat suasana terasa menyenangkan. Ia tidak bisa membayangkan suasananya tanpa Nicole, ia tidak ingin seperti itu. Karena ia sendiri merasa Nicole membawa separuh hidupnya.
              “Jadi, apa yang harus kita lakukan di appartement barumu ini? Kau hanya ingin kita melakukan hal seperti ini saja?” tanya Nicole mendongak menatap Seung-ri.
              “Sebenarnya aku ingin melakukannya, ta…” kata-kata Seung-ri terhenti tiba-tiba karena terkejut sekaligus bingung melihat Nicole yang tiba-tiba menjauh darinya dan dari posisi duduk sebelumnya. Mata bulat gadisnya itu menatapnya dengan tatapan sangat tajam.
              “Maksudku, aduh, ah..” ia tidak bisa menjelaskan tentang kata-katanya tadi. Aduh, Nicole pasti sudah berpikir macam-macam tadi. Aduh, bagaimana ini? “Sudahlah, lupakan kata-kataku tadi” kata Seung-ri akhirnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya karena bingung.
              Nicole mengangguk mengerti, ia tidak beranjak dari tempatnya dan masih menatap Seung-ri tajam. Astaga, mengapa sikapnya berlebihan sekali? Bukankah ia yang mulai dengan kata-kata itu, mengapa ia langsung menjauh begitu saja? Bodoh.
              Kemudian ia melihat Seung-ri berdiri dan berkacak pinggang. Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki ini? Jangan, jangan berpikir macam-macam Nicole, jangan!.
              “Mau membantuku membersihkan appartement ini?” tanya Seung-ri asal. Ia sudah kehabisan akal untuk menjelaskan tentang kata-katanya tadi, jadi ia langsung menuju pokok masalah. Bersih-bersih bersama adalah tujuan awalnya. Tapi, mungkin ia salah memberikan intro untuk kata-kata bersih-bersih bersama tadi. Iya, nampaknya seperti itu. Kemudian, ia melihat Nicole yang menggangguk-anggukan kepalanya, lalu berkata “Baiklah”.
***
              Seung-ri membuka boks yang ia bawa dari appartement Kwon Ji-yong. Nicole yang duduk di sofa hanya berdeham tidak jelas sambil menatap Seung-ri dengan tatapan heran. Mengapa membuka boks itu saja lama sekali? Pikir Nicole dalam hati.         
              Acara bersih-bersih bersama yang direncanakan oleh Seung-ri berjalan dengan lancar. Ia menikmati kegiatan tersebut karena Nicole ada disini membantunya, dan saat ini ia tahu jika gadisnya itu sedang menatapnya dengan kening berkerut. Gadis ini pasti sudah tidak sabar dengan isi boksnya, karena selama bersih-bersih tadi, isi boks itulah yang terus menerus ditanyakan oleh Nicole.
              Ia mengeluarkan beberapa foto yang sudah terhias rapi di dalam bingkai dengam warna-warna menarik. Nicole dengan cepat meraih beberapa bingkai, “Foto kita?” tanya Nicole.
              Seung-ri mengangguk. Ia memindahkan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Nicole. Ia mengeluarkan bingkai lain yang berisi foto mereka berdua. “Kau senang?” tanyanya. “Aku ingin memasang foto-foto ini di seluruh sudut ruangan, tapi bukankah kau tahu sendiri jika aku menumpang di tempat Ji-yong Hyung, jadi mana mungkin aku bisa memasang semua foto ini” ocehnya panjang lebar. Nicole hanya tertawa geli mendengarkannya.
              “Namun, mungkin sekarang aku bisa memasang semua ini” kata Seung-ri menunjukkan ekspresi bahagianya. Ia meraih bingkai-bingkai lain di dalam boks, “Ternyata foto kita sudah sangat banyak ya” katanya menatap beberapa bingkai itu. “Lihat, betapa kerennya aku disini”.
              Nicole mengerutkan keningnya, “Keren? Kau tahu, kau adalah pacarku yang sama sekali tidak keren” seru Nicole, kemudian ia meraih bingkai di tangan Seung-ri, “Namun, kau harus berbangga hati punya pacar yang sangat cantik sepertiku”.
              Seung-ri mengangguk-angguk asal, ia lalu memalingkan wajahnya dan berpura-pura kesal, “Jadi, aku bukan pacarmu yang keren?” tanyanya dengan nada kesal. “Lalu, mengapa kau menjadi pacarku? Bukankah banyak laki-laki yang jauh lebih keren daripada aku?”
              “Bu…bukan seperti itu” kata Nicole menggigit bibirnya. Apakah Seung-ri tersinggung dengan kata-katanya tadi?
              Seung-ri tetap memberengut dan memasang wajah kesal di depan Nicole. Ia berpura-pura mengacuhkan Nicole dan mengeluarkan barang-barangnya dari dalam boks. Ia ingin tahu, bagaimana reaksi Nicole selanjutnya?
              “Seung-ri ah” rajuk Nicole. Ia menyentuh lengan Seung-ri, mencoba membuat laki-laki itu agar tidak mengacuhkannya. Ia mencoba beberapa kali, dan hasilnya nihil. Seung-ri tetap asyik dengan tumpukan barang-barangnya dan tetap mengacuhkan Nicole.
              “Kau memang tidak keren sama sekali, terlebih dengan sikapmu yang seperti ini” ucap Nicole akhirnya. Kata-katanya tadi sukses mengalihkan perhatian Seung-ri, karena laki-laki itu langsung menatapnya tajam. Ia kemudian berkata lagi, “Kau ingin tahu apa yang membuatku begitu mencintaimu?”
              “Apa?” sahut Seung-ri cepat.
              Nicole tersenyum, ia meraih tangan kanan Seung-ri lalu menggenggamnnya erat, “Karena kau menuliskan namaku di hatimu. Karena kau membuatku keluar dari rasa sakit dan trauma yang teramat sangat, karena kau selalu tersenyum bahagia di depanku. Dan, karena kau mengukir cinta yang sangat banyak disini” ia menunjuk dadanya sendiri menggunakan tangan Seung-ri, “Karena rasa cinta keluar dari sini”.
              Seung-ri untuk beberapa saat terperangah tidak percaya mendengar semua ucapan Nicole tadi. Karena kau menuliskan namaku di hatimu. Karena kau membuatku keluar dari rasa sakit dan trauma yang teramat sangat, karena kau selalu tersenyum bahagia di depanku. Dan, karena kau mengukir cinta yang sangat banyak disini. “Benarkah seperti itu?”
              Nicole mengangguk dengan mantap. Tidak ada keraguan sedikitpun tentang kata-katanya tadi, tidak ada sama sekali. Memang kenyataan itulah yang ada padanya sekarang.
              Dengan gerakan cepat, Seung-ri meraih tubuh Nicole menggunakan tangannya yang terbebas, merengkuh gadis itu masuk ke dalam pelukannya. Oh sial, jantungnya tidak normal kali ini. Dan, mereka berpelukan untuk beberapa saat.
              “Aku ingin melihat foto-foto yang lain” bisik Nicole.
              “Tunggu sebentar, sebentar saja” kata Seung-ri mempererat pelukannya.
              “Ayolah” pinta Nicole.
              “Baiklah” Seung-ri melepaskan pelukan itu dengan enggan.
              Mereka berdua kembali memusatkan perhatian pada bingkai-bingkai cantik di dalam boks milik Seung-ri. Nicole beberapa kali tertawa melihat begitu banyak dokumentasi yang mereka miliki. Seung-ri mengambilkan buku Album yang juga tertumpuk bersama dengan bingkai-bingkai tadi. Dan ternyata, foto mereka juga sangat banyak disana.
              “Kita baru satu tahun berpacaran, mengapa begitu banyak foto yang kau miliki?” tanya Nicole dengan kerutan di keningnya.
              “Aku yakin kau punya foto kita jauh lebih banyak” sahut Seung-ri pendek. Ia meletakkan buku album tadi di meja, lalu meraih kantong kertas berisi foto-foto bersama keluarganya saat pertunangan Choi Seung-hyun.
              “Benarkah?” tanya Nicole asal. Ia melirik ke arah kantong kertas yang dipegang Seung-ri. Ia penasaran dengan isi dari kantong kertas tersebut, apakah isinya juga foto-foto mereka berdua?
              Seung-ri melihat dengan jelas saat Nicole terus melirik ke arah kantong kertas yang di pegangnya sekarang. Karena ia sangat mengetahui jika Nicole adalah orang yang mudah sekali penasaran, ia lalu berkata “Kau mau lihat isinya?”
              Nicole mengangguk, “Apa kantong kertas itu juga berisi foto-foto kita?”
              “Bukan, melainkan foto-foto saat pertunangan kakakku kemarin, kau ingin melihatnya?”
              “Iya, aku belum pernah melihat kakak kandung dan ibumu” kata Nicole cepat. Ia juga perlu mengetahui siapa ibu dan kakak kandung Seung-ri.
              Nicole melihat Seung-ri mengambil foto-foto yang nampaknya baru dicetak. Lalu Seung-ri memberikan foto itu padanya. Ia benar-benar sangat terkejut ketika melihat foto itu. Foto dimana ada Seung-ri dan ayahnya, lalu seorang laki-laki yang sangat ia kenal walau penampilannya sudah sangat berubah, dan dua orang wanita lainnya.
              Tangannya bergetar ketika melihat foto pertama itu. Lalu, Nicole mengganti foto pertama dengan foto selanjutnya. Kali ini hanya Seung-ri dan laki-laki itu. Apakah mungkin laki-laki itu adalah kakak kandung Seung-ri? Tidak, tidak mungkin, laki-laki itu pasti bukan kakak kandung, pasti seperti itu.
              “Seung-ri ah, siapa laki-laki ini?” tanya Nicole dengan bibir gemetaran dan keringat dingin yang sudah mulai membasahi tubuhnya.
              “Kakak kandungku” jawab Seung-ri pendek. Seung-ri sama sekali tidak menyadari jika jantung Nicole berhenti berdegup, keringat dingin mengucur deras, dan Nicole kehilangan udara disekitarnya.
              “Benarkah?” tanya Nicole masih memandang foto Seung-ri dengan laki-laki yang disebut kakak kandung oleh Seung-ri dengan tatapan kosong. Astaga, ia masih tidak percaya sama sekali.
              Seung-ri mengangguk, lalu sedikit heran dengan sikap Nicole yang mendadak aneh di matanya. “Ada apa? Laki-laki itu memang kakak kandungku, namanya Choi Seung-hyun” kata Seung-ri menjelaskan.
              Choi Seung-hyun? Kakak kandung Seung-ri bernama Choi Seung-hyun? Tidak, ini tidak mungkin. Tapi mengapa nama depan mereka berdua berbeda. Ia tidak pernah menyangka jika Seung-ri adalah adik kandung dari laki-laki yang membuat luka dalam hidupnya.
              Nicole menoleh menatap Seung-ri, lalu ia baru menyadari kemiripan antara Seung-ri dan Choi Seung-hyun. Mata mereka berdua sangat mirip, namun cara Seung-ri menatap Nicole dan cara Choi Seung-hyun menatapnya memang berbeda. Tatapan Seung-ri adalah tatapan lembut dan menenangkan, lalu bagaimana dengan tatapan kakak Seung-ri? Astaga, mengapa ia tidak menyadarinya sejak awal jika Seung-ri dan Seung-hyun adalah saudara kandung? Mengapa baru sekarang? Mengapa disaat ia benar-benar mencintai Seung-ri? Mengapa ia harus masuk lagi ke dalam lingkaran rumit ini? Mengapa seperti itu?
***
              “Nicole ah”
              Nicole mendongak mencari suara yang memanggilnya tadi. Ia menoleh ke samping dan mendapati Seung-ri sedang menatapnya dengan tatapan heran.
              “Ada apa?” tanya Seung-ri cemas. Ia menangkap sesuatu yang aneh dari tatapan Nicole.
              “Tidak apa-apa” sahut Nicole pendek. Ia kembali mengaduk-aduk ramennya yang mungkin sudah dingin. Pikirannya masih melayang-layang memikirkan nama Choi Seung-hyun. Nama yang sangat ia benci sampai kapanpun, nama yang membuatnya harus menguak luka lama dan nama yang membuatnya memandang Seung-ri dengan cara yang berbeda sekarang.
              Seung-ri hanya menghela napas melihat sikap Nicole yang tiba-tiba aneh. Apa yang terjadi dengan gadisnya sekarang? Sejak tadi pagi, suasana hati Nicole benar-benar baik, lalu mengapa gadis itu tiba-tiba diam saja? Apakah foto kakak dan ibunya tadi yang membuat Nicole seperti ini? Mungkinkah?
              Suasana di appartement Seung-ri mendadak hening dan senyap. Nicole terus mengaduk-aduk ramen yang sedari tadi tidak dimakan olehnya. Ia masih bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia tidak pernah menduga bahwa kenyataannya ia harus kembali berhubungan dengan Choi Seung-hyun karena kekasihnya sekarang adalah adik kandung dari laki-laki itu. Nicole tidak pernah menyangka akan berhubungan dengan kakak beradik itu. Konyol sekali, kakaknya membuat Nicole terluka dan adiknya yang mengobati lukanya. Wanita macam apa Nicole yang berhubungan dengan kakak lalu adiknya? Oh sialan, ia benci dengan kenyataan itu. Ia benar-benar membenci jika Seung-ri adalah adik kandung dari laki-laki yang pernah membuat ia terluka.
              Dengan jelas, Seung-ri melihat Nicole berulang kali menghela napas. Sesekali mata gadis itu menutup lalu mendesah panjang. Lalu, tiba-tiba ia melihat Nicole bangkit dari kursi dengan gugup, sampai-sampai ramen yang ada di depannya tumpah ke meja makan.
              “Pukul berapa ini?” tanya Nicole dengan suara yang terdengar tidak menyenangkan di telinga Seung-ri. Mengapa ia seperti melihat ada rasa takut di wajah Nicole?
              “Pukul 9” jawab Seung-ri. “Ada apa Nicole ah? Mengapa kau terlihat tergesa-gesa seperti itu?”
              Nicole menggelengkan kepalanya, dengan gerakan cepat ia mengemasi seluruh barang-barangnya lalu berjalan pergi meninggalkan dapur. Ia tidak mempedulikan Seung-ri yang menatapnya dengan bingung.
              Tanpa berpamitan, ia melangkah lebar menuju pintu. Setelah mengetahui kenyataan itu, ia tidak bisa berlama-lama di appartement Seung-ri, karena ia merasa sangat ketakutan di appartement itu, ia merasa ketakutan berada di dekat Seung-ri.
              Namun, saat Nicole membuka pintu, tangan Seung-ri menyentuh lengannya. Seung-ri mencegah Nicole pulang karena ia masih tidak mengerti dengan sikap Nicole. Tanpa bisa diduga oleh Seung-ri, Nicole dengan cepat menyingkirkan tangan Seung-ri dengan kasar. Hal itu cukup membuat kebingungan Seung-ri bertambah.
***
              Kwon Ji-yong menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Seung-ri mengucapkan kata “Kemana perginya dia? Mengapa ponselnya tidak aktif?” untuk ke sebelas kalinya. Sebenarnya ia juga tidak sadar menghitung ucapan itu, tapi telinganya sudah bosan mendengarnya.
              “Nicole tidak bisa dihubungi?” tanya Ji-yong. Ia menyodorkan secangkir teh import dari Inggris yang masih mengepulkan uap. “Aku bosan mendengar kau berteriak dengan kata-kata yang sama”.
              Seung-ri hanya mengangguk, ia kembali menatap ponselnya lalu menekan beberapa nomor untuk menghubungi Nicole. Tapi suara operator sialan itu membuatnya semakin kesal dan membanting ponselnya begitu saja.
              “Astaga, kau benar-benar senewen Seung-ri ah” gumam Ji-yong.
              “Hyung, kau tahu, Nicole tidak bisa dihubungi seminggu ini. Aku benar-benar hampir gila karena itu, mengapa Nicole seperti menjaga jarak denganku? Ada yang aneh dengannya, dan pekerjaan sialan yang menumpuk di meja kerja membuatku tidak bisa menemuinya dan menanyakan secara langsung. Hyung, aku harus bagaimana?” oceh Seung-ri begitu saja. Rasa bingung, khawatir dan heran memenuhi seluruh tubuhnya.
              “Mungkin saja Nicole juga mempunyai banyak pekerjaan, sehingga ia tidak mengaktifkan ponselnya. Kau tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu” sahut Ji-yong santai.
              Seung-ri mendesah panjang, bagaimana ia tidak khawatir sekarang, kekasihnya menghilang darinya begitu saja. Astaga, apa yang harus ia lakukan? Ia meremas tangannya sendiri, gadis itu, awas jika aku menemukanmu, batinnya.
              “Apakah kau sudah pergi ke appartement Nicole?”
              Seung-ri menggelengkan kepalamya. Sebelum ia membuka mulut untuk menanggapi kata-kata tadi, Ji-yong dengan cepat menambahkan, “Jadi, jika kau belum melakukannya, maka lakukanlah besok dan berhenti bersikap seperti orang gila”.

Tidak ada komentar: