cast: seung-ri. choi seunghyun, kwon jiyong, dong youngbae,nicole
author: @ofaoktara
Seung-ri membuka
matanya perlahan dan melihat sinar matahari sudah memenuhi kamarnya yang lebih
mirip kapal pecah. Kemarin sore ia baru sampai di Seoul setelah satu minggu
berada di Tokyo, Jepang untuk menghadiri pertunangan kakaknya, Choi Seung-hyun.
Sebenarnya waktu satu minggu tidak cukup baginya, karena 10 tahun yang lalu ia
sudah harus hidup terpisah dengan ibu dan kakak kandungnya. Ayah dan ibunya
bercerai. Ia lebih memilih hidup bersama dengan ayahnya, dan Seung-hyun,
kakaknya lebih memilih hidup bersama ibunya. Dua tahun setelah perceraian itu,
ibunya menikah lagi. Dan sejak saat itu, Seung-ri dan Ayahnya pindah ke Los
Angeles. Ia melanjutkan sekolahnya, dan sang ayah membangun bisnis. Ketika ia
selesai dengan S1nya di Los Angeles, ia memutuskan untuk bekerja di Seoul, dan
mengajak ayahnya juga.
Ia menyibak selimut tebal berwarna
coklat susu yang membalut tubuhnya. Dengan satu gerakan cepat, ia mengambil
benda berharga bagi semua orang. Iya, ponsel. Ponsel itu masih terlihat oleh
indra penglihatannya diantara barang-barang yang berserakan di kamar tersebut. Ia
menekan beberapa nomor, lalu telpon tersambung, dan terdengar suara riang dari
ujung telpon. Suara yang mengukir senyum indah di bibirnya.
“Hallo”. Suara riang itu yang ia rindukan,
sangat ia rindukan. Sangat sulit menghubungi gadisnya itu ketika ia berada di
Seoul.
“Hallo” ulang gadis itu. “Oh iya,
seharusnya aku berkata seperti ini. Good
morning Dear. How missed I’m? Hey, I miss your voice so much. I miss you so
much”.
Seung-ri terkekeh mendengar
celotehan gadisnya yang terdengar sangat ringan di telinganya. “Really? I just little miss you, not too
much” katanya bergurau.
Ia mendengar jelas ketika gadis
itu mendesah. “Okay, may be you had been
met beautiful girl in Tokyo, and you fall in loved with her”.
Kali ini Seung-ri tertawa
terbahak-bahak mendengar tuduhan yang tidak jelas dari gadisnya itu. Ia memang
bertemu dengan banyak gadis cantik, tapi sangat tidak mungkin ia jatuh cinta
pada gadis-gadis itu.
“Honey?”
“Nae Changiya. I’m still here”.
“Dan, apakah kau bertemu dengan
gadis –gadis cantik di Seoul?”
“Of course”
Hening sejenak. Seung-ri tidak
mendapati suara gadisnya terdengar di telinganya. Sebelum pikiran gadisnya
melayang kemana-mana, ia segera menambahkan, “Tapi, kau sudah mengunci hatiku
hanya untukmu, mana mungkin aku bisa jatuh hati pada gadis lain”.
Tapi, suasana masih tetap hening.
Seung-ri tidak mendengar suara apapun dari ujung telpon. “Nicole ah?”
panggilnya.
“Thanks dear, Thank you so much” kata Nicole. “Jadi, apakah kau
masih di tempat tidur sekarang?”.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya
Seung-ri heran. Nicole telah mengenalnya begitu baik, dan Nicole telah membawa
separuh hidupnya
“Aku hanya menebak” jawab Nicole
ringan.
“Sekarang kau ada dimana?”
“Kau tebak saja”.
“Jangan membuat tebak-tebakkan di
pagi hari Nicole ah”.
“Berarti kau tidak peka dengan
keadaanku”.
“Bukan seperti itu” Seung-ri
memindahkan ponsel dari telinga kiri ke telinga kanan. Ia bangkit dari tempat
tidur lalu berjalan keluar dari kamarnya yang sangat berantakan. “Baiklah, aku
akan menebak dimana kau berada” katanya. Kakinya melangkah dengan begitu cepat
menuju ruang tamu. Lalu, entah apa yang merasuki pikirannya, “Jangan bilang kau
sudah ada di depan appartement Ji-yong Hyung?”
Nicole hanya bergumam tidak jelas,
dan itu membuat kening Seung-ri berkerut. Kemudian sambungan telpon tiba-tiba
terputus, dan bel pintu appartement Kwon Ji-yong berbunyi.
***
Nicole Jung memamerkan senyumnya
yang paling indah saat Seung-ri membuka pintu. Ia mengangkat tangan lalu
menyapa laki-laki yang sangat dicintainya itu.
Seung-ri mendesah, ia tidak
mempercayai matanya sendiri jika Nicole sudah berdiri di depannya sekarang.
Tanpa membalas sapaan dari Nicole, ia melingkarkan kedua tangannya di leher
gadis itu, lalu mengatakan sesuatu, “Astaga, aku benar-benar merindukanmu
Nicole ah”. Ia tahu jika gadisnya sedikit terkejut ketika ia melakukan hal
tadi. Tapi, bukankah hal itu yang dilakukan seseorang jika merindukan
kekasihnya kemudian bertemu lagi?
Awalnya tangan Nicole terkulai di
sisi tubuhnya. Tapi, kehangatan tubuh Seung-ri sudah menjalari sekujur
tubuhnya, dan ia percaya bahwa pelukan ini bukan mimpi, pelukan ini sangat
nyata. Ia mengangkat tangannya yang sedari tadi terkulai di sisi tubuhnya, lalu
memperat pelukan Seung-ri.
“Jadi, kau bohong kan?” bisik
Nicole sambil tertawa kecil.
Seung-ri mengerutkan dahi, ia
melonggarkan pelukannya agar bisa melihat wajah Nicole. Ia mengangkat bahu,
lalu berkata, “Bohong? Aku tidak pernah berbohong padamu”.
“Kau tadi mengatakan jika kau
hanya sedikit merindukanku” kata Nicole dengan memberengutkan wajahnya. Ia
melihat Seung-ri yang lantas tertawa mendengar kata-katanya tadi. Ia juga ikut
tertawa kecil karena menurutnya reaksinya tadi sedikit berlebihan.
Seung-ri menatap Nicole lembut.
Disaat seperti inilah jantungnya berdetak tidak normal, napasnya
terengah-engah, ia juga tidak tahu mengapa hal itu terjadi. Padahal hubungannya
dengan Nicole sudah berjalan hampir 1 tahun, namun rasa gugup seperti ini sering
sekali muncul. “Baiklah, aku tidak akan berbohong seperti ini lagi. Aku akan
jujur jika aku merindukanmu setiap hari, jika aku merindukanmu setiap waktu”
kata Seung-ri lembut.
Kata-kata Seung-ri tadi membuat
Nicole tersenyum gembira. Ia belum pernah merasakan sebahagia ini, ia belum
pernah sangat mencintai seseorang seperti saat ia mencintai Seung-ri. Lalu,
tiba-tiba ada pikiran aneh yang merasuki otaknya. Ia menangkup wajah Seung-ri,
berjinjit, lalu mengecup bibir laki-laki ringan.
Seung-ri hanya bisa menatap Nicole
yang sedang salah tingkah dengan tatapan bingung dan terkejut. Ciuman ringan
tadi seolah-olah menghentikkan dunia. Ia memegangi bibirnya dan masih merasa
tidak percaya, “Nicole ah” ia lalu tersenyum gembira. “Kau benar-benar sulit
ditebak”.
Nicole tertawa datar, ia masih
merasa salah tingkah melakukan ciuman ringan tadi. Bukankah tindakan yang
sangat gegabah?
Mereka berdua saling tatap satu
sama lain, entah tatapan kosong, atau tatapan yang lain. Mereka hanya diam di
tempat. Mendadak, Seung-ri menarik pinggang Nicole mendekat padanya. Ia
mendekatkan wajahnya ke wajah Nicole. Ia melihat dengan jelas jika Nicole sudah
menutup matanya. Ia hanya tertawa kecil melihat hal itu, lalu semakin
mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari wajah
Nicole. Bibir Seung-ri sudah sangat dekat, sampai… mereka berdua mendengar
suara teriakan dari belakang.
“Hey, jangan bercumbu di pagi
hari” begitulah suara teriakan itu. Secara otomatis, Seung-ri dan Nicole
menjauhkan tubuh mereka masing-masing dan terlihat salah tingkah. Seung-ri
menoleh ke belakang melihat Kwon Ji-yong dengan sweater hitam dan celana
panjang putih mengerutkan dahi menatap mereka berdua. Penampilannya terlihat
sangat acak-acakan karena ia memang baru bangun dari tidur yang kelihatannya
buruk semalam. Lalu, Ji-yong memasang seulas senyum dan mengangkat sebelah
tangan menyapa Nicole. “Apa kabar Nicole ah, sudah lama tidak bertemu?”
Nicole hanya tersenyum, “Baik,
bagaimana denganmu Oppa?”
“Seperti yang kau lihat hari ini”
kata Ji-yong memandang tubuhnya sendiri. Ia kembali menatap Nicole, lalu
mengalihkan tatapannya ke arah Seung-ri. “Dan kau Seung-ri ah, jangan biarkan
gadis cantik hanya berdiri di situ saja, cepat ajak dia masuk ke dalam”.
Seung-ri hanya mengangguk-anggukan
kepalanya. Ia meraih bahu Nicole, merangkulnya untuk masuk ke dalam. “Kau lihat
kan, Ji-yong Hyung terlihat sedikit aneh pagi ini?” bisik Seung-ri. Nicole
hanya tertawa kecil mendengar hal itu.
“Apa yang kau katakan tadi?” seru
Ji-yong. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang lalu menatap Seung-ri tajam. “Aku
terlihat aneh?” katanya lagi.
Seung-ri hanya memasang senyum
datar tanpa menanggapi ucapan laki-laki itu. Lalu, ia mendengar Ji-yong berkata
lagi, “Nicole ah, maukah kau buatkan sarapan untuk kami berdua? Kau tahu jika
pacar kesayanganmu itu tidak bisa memasak dengan baik.”
***
Tepat pukul 10.00, Kwon Ji-yong
bersama Lee Seung-ri dan Nicole Jung tiba di gedung appartement dekat pusat
kota Seoul. Jarak gedung itu dari appartement Ji-yong cukup jauh karena milik
Ji-yong berada di pinggiran kota. Ji-yong menyuruh Seung-ri dan Nicole untuk
turun. Kemudian ia berkata bahwa dirinya tidak bisa membantu Seung-ri pindah
rumah karena pekerjaannya sangat banyak. Setelah selesai menurunkan beberapa
barang, mobil Ji-yong pun meninggalkan gedung appartement itu.
“Appartementnya terlihat mewah”
gumam Nicole sambil mendongak menatap gedung appartemen itu.
Seung-ri meraih bahu Nicole sambil
menarik koper besar yang ia bawa, “Benarkah? Aku juga tidak tahu kapan ayahku
membelinya. Aku hanya tahu jika aku harus segera menempati appartement ini
bersama ayahku dan istri barunya”.
Nicole terkejut ketika mendengar
Seung-ri mengatakan hal tadi, ia menatap Seung-ri lalu bertanya, “Istri baru?
Jadi ayahmu memutuskan untuk menikah lagi?”
Seung-ri memindahkan tangannya
lalu menggenggam tangan Nicole, “Aku rasa seperti itu. Kau tahu siapa wanita
itu? Dia dosenku saat aku masih kuliah, bukankah kebetulan sekali?” mereka
berdua berjalan masuk ke dalam gedung appartement, lalu Seung-ri menambahkan,
“Aku juga tidak menyangka setelah perceraian 10 tahun lalu ayahku berniat
menikah lagi, tapi sudahlah, aku juga ingin melihatnya bahagia”.
Mereka berdua masuk ke dalam lift
menuju lantai tiga, “Jadi kapan pernikahan itu akan berlangsung?”
“Bulan depan, maaf aku
memberitahumu terlambat” kata Seung-ri. Saat itu pintu lift terbuka, dan mereka
berjalan beriringan keluar dari lift. “Kau tahu kan aku sangat sibuk
akhir-akhir ini sehingga kita saja tidak punya waktu untuk berdua” lanjutnya.
Mereka sampai di depan
appartementnya. Ia merogoh kunci dari dalam saku celana, tapi ia tidak langsung
membuka pintu, melainkan menatap Nicole yang memegang boks sedang berisi
barang-barang miliknya lalu berkata lagi, “Jadi, kapan kita akan meresmikan hubungan
ini?” katanya dengan nada yang dibuat tegas dan jelas.
Entah apa yang merasuki pikiran
Nicole sehingga ia melepaskan genggaman tangan Seung-ri begitu saja lalu mundur
satu langkah. Ia cukup terkejut atas kata-kata yang diucapkan Seung-ri tadi, meresmikan
hubungan? Menikah maksudnya? Mengapa cepat sekali?
“Kita sudah berpacaran selama 1
tahun, apakah waktu itu masih terlalu singkat untukmu? Kau butuh waktu berapa
lama sampai kita bisa sampai ke titik itu?”
Ia belum mengatakan apapun, lalu
mengapa Seung-ri bisa berkomentar seperti itu? Apakah ia tadi menyuarakan
pikirannya? Oh, sunggu benar-benar bodoh dirinya saat ini. Sekarang, apa yang
harus ia jawab? Ah, ia tidak tahu, otaknya sangat lamban bekerja sekarang,
otaknya tidak bisa memproses kata-kata yang ingin ia keluarkan. Aduh, bagaimana
ini?
Seung-ri hanya tertawa kecil
melihat dirinya yang hanya mengigit bibir sambil memutar bola mata. Pasti ia
sekarang terlihat aneh, pasti seperti itu. Mendadak matanya terbelalak ketika
Seung-ri berjalan mendekat lalu menangkup wajahnya. Laki-laki itu hanya
menatapnya. Iya, disaat inilah ia sangat menyukai Lee Seung-ri, tatapan
laki-laki itu membuatnya merasa tenang, membuatnya merasa nyaman, membuatnya
merasa menjadi wanita paling bahagia. Ia sendiri tidak sadar ketika wajah
mereka sangat dekat, dan Seung-ri menyentuh bibirnya dengan sangat lembut. Ia
memang terkejut, tapi kelembutan sentuhan tadi membuatnya semakin tenang, semakin
nyaman dan semakin bahagia. Dan, boks yang ada di tangannyapun jatuh ke lantai begitu
saja.
Sentuhan tadi hanya berlangsung
beberapa saat karena tiba-tiba saja ada beberapa orang yang mungkin tinggal di
gedung appartement itu juga melewati mereka berdua. Orang-orang itu menatap
mereka dengan tatapan geli dan heran. Hanya Nicole yang menyadari keberadaan
orang-orang itu sehingga ia dengan gerakan cepat melepaskan sentuhan itu dan
menatap Seung-ri yang terlihat enggan. Ia mengambil paksa kunci appartement
dari tangan kiri Seung-ri. Dengan satu gerakan cepat, ia memasang kunci pada knop
pintu, membukanya lalu menarik Seung-ri masuk ke dalam bersama barang-barang
yang tergeletak di lantai saat ‘sentuhan’ tadi.
***
Appartement tersebut tidak
sepenuhnya kosong. Di ruang tamu sudah ada sofa berwarna hitam dengan plisir
berwarna perak lengkap dengan meja. Berjalan ke kiri sedikit, ada ruang santai
dengan bantal duduk dan TV LCD yang cukup besar. Ruang santai itu terlihat
sangat nyaman. Di sekitar ruang santai ada dua buah kamar yang nantinya akan
menjadi kamar Seung-ri dan ayahnya.
Nicole dan Seung-ri meletakkan
barang-barang yang mereka bawa di meja ruang tamu. “Aku mengecek kamar dulu”
kata Seung-ri seraya menyuruh Nicole untuk duduk di sofa lalu menarik koper
besarnya. Nicole menuruti kata-kata Seung-ri untuk duduk di sofa. Ia meletakkan
boks yang ia bawa tadi di meja, lalu menatapnya dengan pandangan disipitkan. Ia
sedikit penasaran dengan isi kotak tersebut, tapi bukankah tidak sopan jika ia
membuka boks tersebut jika pemiliknya tidak tahu. Ia mengurungkan niatnya
membuka boks tersebut.
Nicole menyandarkan tubuhnya ke
belakang lalu merasakan betapa sofa ini sangat empuk. Ia melipat kedua
tangannya di depan dada lalu menerawang ke depan. Ia tiba-tiba memikirkan
kata-kata Seung-ri sebelum menciumnya tadi. Kata-kata tentang pernikahan, tentang
Seung-ri yang ingin meresmikan hubungan mereka berdua. Sebenarnya ia juga
menginginkan hal itu, menginginkan hubungannya sampai pada titik yang paling
tinggi, pernikahan. Keluarganya di Jepang juga sudah mengetahui tentang
Seung-ri, dan ia juga sudah sering bertemu dengan ayah Seung-ri. Mungkin ia dan
Seung-ri bisa saja sampai ke titik tersebut. Tapi baginya, waktu satu tahun
masihlah kurang untuknya menjalin hubungan. Waktu itu masih sangat kurang, ia
masih merasa belum mengenal Seung-ri dengan baik. Ia masih sedikit ragu dengan
Seung-ri walau laki-laki sudah menunjukkan segalanya, menunjukkan jika
laki-laki itu memang mencintainya, menyayanginya dan ingin memiliki hatinya. Ia
sangat tahu akan hal itu. Laki-laki itu bahkan memberikan untuknya lebih, melebihi
ekspektasinya. Laki-laki itu sudah mengeluarkannya dari jurang trauma yang
menurutnya sangat mengerikan. Dan, Seung-ri berhasil membuatnya merasakan cinta
yang sebenarnya.
“Honey, apakah kau melamun?”
Suara itu membuyarkan pikiran
Nicole begitu saja. Ia memperbaiki posisinya duduknya lalu menatap Seung-ri
yang sedang menyunggingkan senyum paling membahagiakan di dunia untuknya.
Mungkin, jika ia bisa hidup bersama dengan Seung-ri ia akan melihat senyum itu
setiap harinya.
“Honey” panggil Seung-ri sekali
lagi. “Apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya berjalan mendekat ke arah Nicole
lalu duduk disamping gadis itu.
Nicole hanya menggeleng dan
tersenyum. Ia melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Seung-ri lalu
menjatuhkan kepalanya di bahu laki-laki itu. “Aku melamun karena menunggumu,
apa yang kau lakukan di kamar sehingga membuatku menunggu?” tanyanya seraya
meraih tangan Seung-ri kemudian menggenggamnya erat.
Seung-ri hanya tertawa geli
mendengar kata-kata yang Nicole ucapkan. Ia merangkul bahu Nicole lalu mengecup
dahinya sekilas, “Aku minta maaf karena membuatmu menunggu” katanya ringan.
Seung-ri meletakkan kepalanya di atas kepala Nicole kemudian menikmati suasana
yang hangat dan nyaman ini. Bersama dengan Nicole selalu membuat suasana terasa
menyenangkan. Ia tidak bisa membayangkan suasananya tanpa Nicole, ia tidak
ingin seperti itu. Karena ia sendiri merasa Nicole membawa separuh hidupnya.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan
di appartement barumu ini? Kau hanya ingin kita melakukan hal seperti ini
saja?” tanya Nicole mendongak menatap Seung-ri.
“Sebenarnya aku ingin
melakukannya, ta…” kata-kata Seung-ri terhenti tiba-tiba karena terkejut
sekaligus bingung melihat Nicole yang tiba-tiba menjauh darinya dan dari posisi
duduk sebelumnya. Mata bulat gadisnya itu menatapnya dengan tatapan sangat
tajam.
“Maksudku, aduh, ah..” ia tidak
bisa menjelaskan tentang kata-katanya tadi. Aduh, Nicole pasti sudah berpikir
macam-macam tadi. Aduh, bagaimana ini? “Sudahlah, lupakan kata-kataku tadi”
kata Seung-ri akhirnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya karena bingung.
Nicole mengangguk mengerti, ia
tidak beranjak dari tempatnya dan masih menatap Seung-ri tajam. Astaga, mengapa
sikapnya berlebihan sekali? Bukankah ia yang mulai dengan kata-kata itu,
mengapa ia langsung menjauh begitu saja? Bodoh.
Kemudian ia melihat Seung-ri
berdiri dan berkacak pinggang. Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki ini?
Jangan, jangan berpikir macam-macam Nicole, jangan!.
“Mau membantuku membersihkan
appartement ini?” tanya Seung-ri asal. Ia sudah kehabisan akal untuk
menjelaskan tentang kata-katanya tadi, jadi ia langsung menuju pokok masalah.
Bersih-bersih bersama adalah tujuan awalnya. Tapi, mungkin ia salah memberikan intro untuk kata-kata bersih-bersih
bersama tadi. Iya, nampaknya seperti itu. Kemudian, ia melihat Nicole yang
menggangguk-anggukan kepalanya, lalu berkata “Baiklah”.
***
Seung-ri membuka boks yang ia bawa
dari appartement Kwon Ji-yong. Nicole yang duduk di sofa hanya berdeham tidak
jelas sambil menatap Seung-ri dengan tatapan heran. Mengapa membuka boks itu
saja lama sekali? Pikir Nicole dalam hati.
Acara bersih-bersih bersama yang
direncanakan oleh Seung-ri berjalan dengan lancar. Ia menikmati kegiatan
tersebut karena Nicole ada disini membantunya, dan saat ini ia tahu jika
gadisnya itu sedang menatapnya dengan kening berkerut. Gadis ini pasti sudah
tidak sabar dengan isi boksnya, karena selama bersih-bersih tadi, isi boks
itulah yang terus menerus ditanyakan oleh Nicole.
Ia mengeluarkan beberapa foto yang
sudah terhias rapi di dalam bingkai dengam warna-warna menarik. Nicole dengan
cepat meraih beberapa bingkai, “Foto kita?” tanya Nicole.
Seung-ri mengangguk. Ia
memindahkan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Nicole. Ia mengeluarkan
bingkai lain yang berisi foto mereka berdua. “Kau senang?” tanyanya. “Aku ingin
memasang foto-foto ini di seluruh sudut ruangan, tapi bukankah kau tahu sendiri
jika aku menumpang di tempat Ji-yong Hyung, jadi mana mungkin aku bisa memasang
semua foto ini” ocehnya panjang lebar. Nicole hanya tertawa geli
mendengarkannya.
“Namun, mungkin sekarang aku bisa
memasang semua ini” kata Seung-ri menunjukkan ekspresi bahagianya. Ia meraih
bingkai-bingkai lain di dalam boks, “Ternyata foto kita sudah sangat banyak ya”
katanya menatap beberapa bingkai itu. “Lihat, betapa kerennya aku disini”.
Nicole mengerutkan keningnya,
“Keren? Kau tahu, kau adalah pacarku yang sama sekali tidak keren” seru Nicole,
kemudian ia meraih bingkai di tangan Seung-ri, “Namun, kau harus berbangga hati
punya pacar yang sangat cantik sepertiku”.
Seung-ri mengangguk-angguk asal,
ia lalu memalingkan wajahnya dan berpura-pura kesal, “Jadi, aku bukan pacarmu
yang keren?” tanyanya dengan nada kesal. “Lalu, mengapa kau menjadi pacarku?
Bukankah banyak laki-laki yang jauh lebih keren daripada aku?”
“Bu…bukan seperti itu” kata Nicole
menggigit bibirnya. Apakah Seung-ri tersinggung dengan kata-katanya tadi?
Seung-ri tetap memberengut dan
memasang wajah kesal di depan Nicole. Ia berpura-pura mengacuhkan Nicole dan
mengeluarkan barang-barangnya dari dalam boks. Ia ingin tahu, bagaimana reaksi
Nicole selanjutnya?
“Seung-ri ah” rajuk Nicole. Ia
menyentuh lengan Seung-ri, mencoba membuat laki-laki itu agar tidak
mengacuhkannya. Ia mencoba beberapa kali, dan hasilnya nihil. Seung-ri tetap
asyik dengan tumpukan barang-barangnya dan tetap mengacuhkan Nicole.
“Kau memang tidak keren sama
sekali, terlebih dengan sikapmu yang seperti ini” ucap Nicole akhirnya.
Kata-katanya tadi sukses mengalihkan perhatian Seung-ri, karena laki-laki itu
langsung menatapnya tajam. Ia kemudian berkata lagi, “Kau ingin tahu apa yang
membuatku begitu mencintaimu?”
“Apa?” sahut Seung-ri cepat.
Nicole tersenyum, ia meraih tangan
kanan Seung-ri lalu menggenggamnnya erat, “Karena kau menuliskan namaku di
hatimu. Karena kau membuatku keluar dari rasa sakit dan trauma yang teramat
sangat, karena kau selalu tersenyum bahagia di depanku. Dan, karena kau
mengukir cinta yang sangat banyak disini” ia menunjuk dadanya sendiri
menggunakan tangan Seung-ri, “Karena rasa cinta keluar dari sini”.
Seung-ri untuk beberapa saat
terperangah tidak percaya mendengar semua ucapan Nicole tadi. Karena kau menuliskan namaku di hatimu.
Karena kau membuatku keluar dari rasa sakit dan trauma yang teramat sangat,
karena kau selalu tersenyum bahagia di depanku. Dan, karena kau mengukir cinta
yang sangat banyak disini. “Benarkah seperti itu?”
Nicole mengangguk dengan mantap.
Tidak ada keraguan sedikitpun tentang kata-katanya tadi, tidak ada sama sekali.
Memang kenyataan itulah yang ada padanya sekarang.
Dengan gerakan cepat, Seung-ri
meraih tubuh Nicole menggunakan tangannya yang terbebas, merengkuh gadis itu
masuk ke dalam pelukannya. Oh sial, jantungnya tidak normal kali ini. Dan,
mereka berpelukan untuk beberapa saat.
“Aku ingin melihat foto-foto yang
lain” bisik Nicole.
“Tunggu sebentar, sebentar saja”
kata Seung-ri mempererat pelukannya.
“Ayolah” pinta Nicole.
“Baiklah” Seung-ri melepaskan
pelukan itu dengan enggan.
Mereka berdua kembali memusatkan
perhatian pada bingkai-bingkai cantik di dalam boks milik Seung-ri. Nicole
beberapa kali tertawa melihat begitu banyak dokumentasi yang mereka miliki.
Seung-ri mengambilkan buku Album yang juga tertumpuk bersama dengan
bingkai-bingkai tadi. Dan ternyata, foto mereka juga sangat banyak disana.
“Kita baru satu tahun berpacaran,
mengapa begitu banyak foto yang kau miliki?” tanya Nicole dengan kerutan di
keningnya.
“Aku yakin kau punya foto kita
jauh lebih banyak” sahut Seung-ri pendek. Ia meletakkan buku album tadi di
meja, lalu meraih kantong kertas berisi foto-foto bersama keluarganya saat
pertunangan Choi Seung-hyun.
“Benarkah?” tanya Nicole asal. Ia
melirik ke arah kantong kertas yang dipegang Seung-ri. Ia penasaran dengan isi
dari kantong kertas tersebut, apakah isinya juga foto-foto mereka berdua?
Seung-ri melihat dengan jelas saat
Nicole terus melirik ke arah kantong kertas yang di pegangnya sekarang. Karena
ia sangat mengetahui jika Nicole adalah orang yang mudah sekali penasaran, ia
lalu berkata “Kau mau lihat isinya?”
Nicole mengangguk, “Apa kantong
kertas itu juga berisi foto-foto kita?”
“Bukan, melainkan foto-foto saat
pertunangan kakakku kemarin, kau ingin melihatnya?”
“Iya, aku belum pernah melihat
kakak kandung dan ibumu” kata Nicole cepat. Ia juga perlu mengetahui siapa ibu dan
kakak kandung Seung-ri.
Nicole melihat Seung-ri mengambil
foto-foto yang nampaknya baru dicetak. Lalu Seung-ri memberikan foto itu
padanya. Ia benar-benar sangat terkejut ketika melihat foto itu. Foto dimana
ada Seung-ri dan ayahnya, lalu seorang laki-laki yang sangat ia kenal walau
penampilannya sudah sangat berubah, dan dua orang wanita lainnya.
Tangannya bergetar ketika melihat
foto pertama itu. Lalu, Nicole mengganti foto pertama dengan foto selanjutnya.
Kali ini hanya Seung-ri dan laki-laki itu. Apakah mungkin laki-laki itu adalah
kakak kandung Seung-ri? Tidak, tidak mungkin, laki-laki itu pasti bukan kakak
kandung, pasti seperti itu.
“Seung-ri ah, siapa laki-laki
ini?” tanya Nicole dengan bibir gemetaran dan keringat dingin yang sudah mulai
membasahi tubuhnya.
“Kakak kandungku” jawab Seung-ri
pendek. Seung-ri sama sekali tidak menyadari jika jantung Nicole berhenti
berdegup, keringat dingin mengucur deras, dan Nicole kehilangan udara
disekitarnya.
“Benarkah?” tanya Nicole masih
memandang foto Seung-ri dengan laki-laki yang disebut kakak kandung oleh
Seung-ri dengan tatapan kosong. Astaga, ia masih tidak percaya sama sekali.
Seung-ri mengangguk, lalu sedikit
heran dengan sikap Nicole yang mendadak aneh di matanya. “Ada apa? Laki-laki
itu memang kakak kandungku, namanya Choi Seung-hyun” kata Seung-ri menjelaskan.
Choi Seung-hyun? Kakak kandung
Seung-ri bernama Choi Seung-hyun? Tidak, ini tidak mungkin. Tapi mengapa nama
depan mereka berdua berbeda. Ia tidak pernah menyangka jika Seung-ri adalah adik
kandung dari laki-laki yang membuat luka dalam hidupnya.
Nicole menoleh menatap Seung-ri,
lalu ia baru menyadari kemiripan antara Seung-ri dan Choi Seung-hyun. Mata
mereka berdua sangat mirip, namun cara Seung-ri menatap Nicole dan cara Choi
Seung-hyun menatapnya memang berbeda. Tatapan Seung-ri adalah tatapan lembut
dan menenangkan, lalu bagaimana dengan tatapan kakak Seung-ri? Astaga, mengapa
ia tidak menyadarinya sejak awal jika Seung-ri dan Seung-hyun adalah saudara
kandung? Mengapa baru sekarang? Mengapa disaat ia benar-benar mencintai
Seung-ri? Mengapa ia harus masuk lagi ke dalam lingkaran rumit ini? Mengapa
seperti itu?
***
“Nicole ah”
Nicole mendongak mencari suara
yang memanggilnya tadi. Ia menoleh ke samping dan mendapati Seung-ri sedang menatapnya
dengan tatapan heran.
“Ada apa?” tanya Seung-ri cemas.
Ia menangkap sesuatu yang aneh dari tatapan Nicole.
“Tidak apa-apa” sahut Nicole
pendek. Ia kembali mengaduk-aduk ramennya yang mungkin sudah dingin. Pikirannya
masih melayang-layang memikirkan nama Choi Seung-hyun. Nama yang sangat ia
benci sampai kapanpun, nama yang membuatnya harus menguak luka lama dan nama
yang membuatnya memandang Seung-ri dengan cara yang berbeda sekarang.
Seung-ri hanya menghela napas
melihat sikap Nicole yang tiba-tiba aneh. Apa yang terjadi dengan gadisnya
sekarang? Sejak tadi pagi, suasana hati Nicole benar-benar baik, lalu mengapa
gadis itu tiba-tiba diam saja? Apakah foto kakak dan ibunya tadi yang membuat
Nicole seperti ini? Mungkinkah?
Suasana di appartement Seung-ri
mendadak hening dan senyap. Nicole terus mengaduk-aduk ramen yang sedari tadi
tidak dimakan olehnya. Ia masih bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia tidak
pernah menduga bahwa kenyataannya ia harus kembali berhubungan dengan Choi
Seung-hyun karena kekasihnya sekarang adalah adik kandung dari laki-laki itu.
Nicole tidak pernah menyangka akan berhubungan dengan kakak beradik itu. Konyol
sekali, kakaknya membuat Nicole terluka dan adiknya yang mengobati lukanya.
Wanita macam apa Nicole yang berhubungan dengan kakak lalu adiknya? Oh sialan,
ia benci dengan kenyataan itu. Ia benar-benar membenci jika Seung-ri adalah
adik kandung dari laki-laki yang pernah membuat ia terluka.
Dengan jelas, Seung-ri melihat
Nicole berulang kali menghela napas. Sesekali mata gadis itu menutup lalu
mendesah panjang. Lalu, tiba-tiba ia melihat Nicole bangkit dari kursi dengan
gugup, sampai-sampai ramen yang ada di depannya tumpah ke meja makan.
“Pukul berapa ini?” tanya Nicole
dengan suara yang terdengar tidak menyenangkan di telinga Seung-ri. Mengapa ia
seperti melihat ada rasa takut di wajah Nicole?
“Pukul 9” jawab Seung-ri. “Ada apa
Nicole ah? Mengapa kau terlihat tergesa-gesa seperti itu?”
Nicole menggelengkan kepalanya,
dengan gerakan cepat ia mengemasi seluruh barang-barangnya lalu berjalan pergi
meninggalkan dapur. Ia tidak mempedulikan Seung-ri yang menatapnya dengan
bingung.
Tanpa berpamitan, ia melangkah
lebar menuju pintu. Setelah mengetahui kenyataan itu, ia tidak bisa
berlama-lama di appartement Seung-ri, karena ia merasa sangat ketakutan di
appartement itu, ia merasa ketakutan berada di dekat Seung-ri.
Namun, saat Nicole membuka pintu,
tangan Seung-ri menyentuh lengannya. Seung-ri mencegah Nicole pulang karena ia
masih tidak mengerti dengan sikap Nicole. Tanpa bisa diduga oleh Seung-ri,
Nicole dengan cepat menyingkirkan tangan Seung-ri dengan kasar. Hal itu cukup
membuat kebingungan Seung-ri bertambah.
***
Kwon Ji-yong menggeleng-gelengkan
kepalanya ketika Seung-ri mengucapkan kata “Kemana perginya dia? Mengapa
ponselnya tidak aktif?” untuk ke sebelas kalinya. Sebenarnya ia juga tidak
sadar menghitung ucapan itu, tapi telinganya sudah bosan mendengarnya.
“Nicole tidak bisa dihubungi?”
tanya Ji-yong. Ia menyodorkan secangkir teh import dari Inggris yang masih mengepulkan
uap. “Aku bosan mendengar kau berteriak dengan kata-kata yang sama”.
Seung-ri hanya mengangguk, ia
kembali menatap ponselnya lalu menekan beberapa nomor untuk menghubungi Nicole.
Tapi suara operator sialan itu membuatnya semakin kesal dan membanting
ponselnya begitu saja.
“Astaga, kau benar-benar senewen
Seung-ri ah” gumam Ji-yong.
“Hyung, kau tahu, Nicole tidak
bisa dihubungi seminggu ini. Aku benar-benar hampir gila karena itu, mengapa
Nicole seperti menjaga jarak denganku? Ada yang aneh dengannya, dan pekerjaan
sialan yang menumpuk di meja kerja membuatku tidak bisa menemuinya dan
menanyakan secara langsung. Hyung, aku harus bagaimana?” oceh Seung-ri begitu
saja. Rasa bingung, khawatir dan heran memenuhi seluruh tubuhnya.
“Mungkin saja Nicole juga
mempunyai banyak pekerjaan, sehingga ia tidak mengaktifkan ponselnya. Kau tidak
perlu khawatir berlebihan seperti itu” sahut Ji-yong santai.
Seung-ri mendesah panjang,
bagaimana ia tidak khawatir sekarang, kekasihnya menghilang darinya begitu saja.
Astaga, apa yang harus ia lakukan? Ia meremas tangannya sendiri, gadis itu,
awas jika aku menemukanmu, batinnya.
“Apakah kau sudah pergi ke
appartement Nicole?”
Seung-ri menggelengkan kepalamya.
Sebelum ia membuka mulut untuk menanggapi kata-kata tadi, Ji-yong dengan cepat
menambahkan, “Jadi, jika kau belum melakukannya, maka lakukanlah besok dan
berhenti bersikap seperti orang gila”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar