ini lanjutan dari part 1 silakan membaca^^
***
Nicole menjijing
tas kantong berisi file-file miliknya dan beberapa lembar foto. Ia juga
memegang kamer DSLR kesayangannya. Hari ini ia harus siap menerima omelan
apapun dari atasannya karena menghabiskan waktunya untuk berpikir di Kyoto. Ia
sangat yakin, jika ia bukan editor utama, maka secara otomatis ia akan dipecat.
Berdiam diri di Kyoto selama
seminggu tidak lantas membuatnya melupakan masalah yang membelitnya begitu
saja. Karena, justru di Kyoto—lah ia bertemu kembali dengam laki-laki bernama
Choi Seung-hyun. Walau secara tidak langsung, ia tetap saja seperti mendapat
bahaya saat melihat wajah laki-laki itu. Maka dari itu, ia masih saja berpikir
tentang kemungkinan hubungannya dengan Seung-ri, ia tidak tahu, apakah
hubungannya masih bisa berlanjut setelah ia mengetahui kenyataan itu?
Tanpa ia sadari, ia sudah berada
di luar gedung appartementnya. Langkahnya lunglai dan tidak bersemangat. Ia
hanya berharap hari ini ia tidak bertemu dengan Seung-ri. Bukan hanya hari ini,
jika bisa ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu dalam waktu yang lama.
Sangat lama.
Tapi, semesta tidak mendukung
keinginan Nicole. Saat ia mengalihkan pandangannya ke depan, ia mendapati
laki-laki yang ia hindari selama seminggu terakhir sedang duduk di kap
mobilnya, menatap Nicole, lalu menyinggungkan senyum yang sebenarnya sangat ia
sukai. Tapi entah apa yang terjadi, reflek tubuhnya benar-benar diluar dugaan.
Ketakutan yang mulai menjalari seluruh tubuhnya terlihat sangat jelas di depan
laki-laki itu. Mata bulatnya itu menggambarkan dengan jelas bagaimana
ketakutannya itu. Kamera yang didekapnya juga hampir terjatuh.
“Annyeong Nicole ah” sapa Seung-ri
ringan. Walau ia sangat heran dengan ekspresi ketakutan yang muncul di wajah
Nicole, tapi ia tidak mempedulikan hal tersebut.
Nicole membeku di tempatnya
sekarang. Ia hanya bisa dan tidak mampu membuka mulutnya sama sekali. Melihat
Seung-ri saat ini membuatnya takut, entahlah. Bayangan Choi Seung-hyun seperti
ada di belakang tubuh Seung-ri.
Karena Nicole hanya menatapnya
tanpa buka mulut, Seung-ri berusaha melunak. Ia berjalan mendekati Nicole dan
berniat memeluk gadis itu karena ia benar-benar merindukan Nicole. Tapi,
kerutan di keningnya semakin banyak saat ia melihat gadis itu mundur selangkah
ketika ia berusaha mendekat. Ia semakin tidak mengerti dengan sikap yang
ditunjukkan oleh Nicole kepadanya. Dan yang membuatnya semakin heran, tatapan
ketakutan tidak hilang dari mata bulat Nicole. Apakah Nicole takut padanya?
“Nicole ah, mengapa menatapku
seperti itu?” tanya Seung-ri sambil memasukkan tangannya ke dalam saku jas. Ia
menghembuskan napas dengan susah payah.
“Aku takut” kata Nicole tanpa bisa
dicegah. Aduh, mengapa ia tidak berpikir dulu? Mengapa langsung mengatakan hal
itu begitu saja. Nicole bisa melihat dengan jelas wajah Seung-ri yang sangat
terkejut mendengar ucapannya tadi, dengan segera, Nicole menambahkan,
“Maksudku, aku takut … kau terlalu mengakhawatirkan aku” kata Nicole sekenanya.
Takut? Telinganya berfungsi dengan
norma bukan? Nicole mengucapkan jika ia takut, takut padanya? Apa ada yang aneh
dengannya? Mengapa Nicole bisa berkata seperti itu? “Kau takut padaku Nicole
ah? Mengapa?” tanya Seung-ri dengan nada yang terdengar frustasi.
Nicole tersenyum datar dan
menggelengkan kepalanya. Tapi tanggapan itu tidak lantas membuat Seung-ri
mengerti, ia justru semakin bingung.
“Lalu, kemana saja kau seminggu
ini? Mengapa ponselmu tidak aktif?” tanya Seung-ri dengan nada yang begitu
dingin pada akhirnya. Hatinya terasa nyeri melihat Nicole justru bersikap
seperti itu.
“Aku pergi ke Kyoto” jawab Nicole
pendek.
“Ke Kyoto? Lalu mengapa kau tidak
mengatakan apapun padaku?”
“Apa pentingnya bagimu? Ke Kyoto
atau kemana saja itu kan hakku, apakah semua yang aku lakukan harus aku lakukan
padamu? Kau bukan suamiku Seung-ri ah. Menjadi pacar saja kau sudah seperti
ini, apalagi jika kau sudah menjadi suamiku. Tidak perlu bersikap berlebihan seperti
itu” seru Nicole tanpa ia sadari.
Seung-ri hanya mematung mendengar
ocehan Nicole tadi. Tidak penting? Nicole sudah menjadi salah satu
prioritasnya. Lalu, apa alasan Nicole mengatakan semua itu? Otaknya masih tidak
bisa mencerna dengan baik situasi seperti apa ini. Ia hanya tahu jika gadis itu
terlihat kesal, gelisah dan takut.
“Baiklah, aku minta maaf” kata
Seung-ri dengan suara serak. Ia dengan susah payah menelan ludah dan mengatur
dirinya sendiri agar tidak terlihat emosional. Dengan senyum yang sedikit
dipaksakan, Seung-ri menyuruh Nicole untuk masuk ke dalam mobilnya. Nicole
dengan enggan mengikuti kemauan Seung-ri.
Mobil Seung-ri melaju meninggalkan
gedung appartement Nicole. Suasana di mobil itu benar-benar mencekam bagai di
rumah hantu. Kedua orang yang ada dalam mobil hanya diam tanpa ada yang bisa
memulai pembicaraan. Nicole hanya memandang jalanan yang mereka lewati, namun
tatapannya kosong. Sedangkan Lee Seung-ri menyetir dengan konsentrasi yang
terbelah menjadi dua. Otaknya mencoba untuk mencerna situasi yang menurutnya
rumit itu. Mulai dari Nicole yang menghilang begitu saja selama satu minggu,
lalu ketika ia melihat aura ketakutan yang memenuhi tubuh Nicole tadi. Kemudian
Nicole yang berkata dengan nada tinggi dan mengatakan bahwa dirinya bersikap
berlebihan. Ia mencoba mencerna dengan baik semua itu, berharap menemukan
alasan atas situasinya sekarang.
Seung-ri menoleh ke arah Nicole
yang terlihat jelas sedang melamun walau tatapannya mengarah ke luar jendela
mobil. Ia kembali menatap jalan yang ada di depannya sebelum ada kecelakaan
terjadi karena pengemudinya tidak berkonsentrasi.
15 menit kemudian mobil Seung-ri
berhenti di depan kantor redaksi salah satu majalah Olahraga di Korea Selatan.
Tanpa menunggu apapun, Nicole melepas sabuk pengaman lalu membawa seluruh
barang-barangnya turun dari mobil tanpa menoleh sedikitpun ke arah Seung-ri.
Melihat hal tersebut, catatan kebingungan tentang sikap Nicole semakin
bertambah di otak Seung-ri. Nicole tidak pernah mengacuhkannya seperti ini,
walaupun ketika gadis itu sedang kesal. Gadis itu pasti selalu tersenyum
terlebih dahulu atau menggumamkan kata-kata untuk menyemangati dirinya, selalu
seperti itu. Namun kali ini, Nicole turun begitu saja tanpa menoleh sedikitpun,
dan tentu saja tidak menggumamkan kata-kata apapun. Ia melihat Nicole yang
berbeda, sangat berbeda.
Sebelum pintu mobil sempat ditutup
oleh Nicole, Seung-ri dengan segera juga turun dari mobil lalu menghampiri
Nicole. Ia tidak bisa terus menerus melihat sikap Nicole seperti ini. Sikap
gadis itu membuatnya senewen kali ini.
“Tunggu” seru Seung-ri menahan
langkah kaki Nicole jauh dari mobilnya. “Aku tidak bisa melihatmu seperti ini
Nicole ah, apa yang membuatmu terlihat berbeda? Apakah ada masalah yang sedang
kau pikirkan? Jangan membuatku berpikir macam-macam”.
Nicole dengan kasar menyingkirkan
tangan Seung-ri yang berada di lengannya. Ia menghembuskan napas keras, dan
dengan sedikit dipaksakan, ia menatap Seung-ri dengan tatapan tajam. Ia
berusaha menahan dirinya yang ketakutan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
yang lebih pariah. Menatap Seung-ri seperti ini saja sudah membuat seluruh
darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Baiklah, selesaikan sekarang juga
Nicole, selesaikan sekarang juga, agar ketakutan tidak memenuhi tubuhnya terus.
Baiklah…
“Apa?” teriak Nicole. “Kau ini
berlebihan sekali. Aku bisa berubah kapan saja aku mau dan aku rasa aku tidak
perlu meminta izinmu untuk melakukan perubahan ini. Aku benci dengan laki-laki
yang berlebihan seperti dirimu”.
Benci? Nicole membenci dirinya? Ia
tidak salah dengar bukan? “Apa yang kau katakan tadi? Kau membenciku?” tanya
Seung-ri tidak percaya.
“Iya” jawab Nicole tegas. “Dan
perlu kau tahu, aku tidak ingin punya pacar sepertimu lagi, aku sudah muak
dengan tingkahmu yang over protective,
jadi aku ingin mengakhiri semuanya” kata-kata itu meluncur begitu saja dari
mulutnya. Bohong sekali jika ia membenci Seung-ri, bohong sekali jika ia muak
dengan Seung-ri, bohong sekali jika ia ingin mengakhiri hubungan ini. Lee
Seung-ri, semua itu bohong, jangan didengarkan, aku hanya…. Batin Nicole. Ia
berusaha menahan dirinya yang ingin memeluk Seung-ri dan menangis di
pelukannya. Karena kenyataan itu membuat ia menatap Seung-ri dengan cara yang
berbeda.
“Nicole ah” gumam Seung-ri.
Tubuhnya seperti dihantam batu paling besar di dunia mendengar kata-kata yang
meluncur begitu saja dari mulut Nicole. Telinganya tentu tidak tuli dan
kata-kata itu terdengar sangat jelas. Apa yang harus ia lakukan kali ini?
Tubuhnya benar-benar sangat lemas dan sulit untuk digerakkan.
“Kau bohong kan?” kata Seung-ri
berusaha mengalihkan pembicaraan. “Kau ini semakin menyenangkan jika bersikap
seperti itu. Aku minta maaf jika tingkahku berlebihan, aku hanya khawatir
terjadi sesuatu yang buruk denganmu, hanya itu” ia memaksakan seulas senyum
tulusnya agar Nicole mencabut kata-kata tadi, terutama kata-kata mengakhiri
hubungan mereka, karena sangat sakit mendengarkan kata-kata itu.
Nicole tertawa hambar, “Untuk apa
aku bohong? Aku sudah lelah dengan hubungan kita yang seperti ini, aku bosan”.
“Bosan? Nicole ah, jangan membuat
lelucon di pagi hari seperti ini. Tidak lucu”.
Nicole hanya diam, ia mengamati
keadaan sekitar. Orang-orang yang berlalu lalang sedang memperhatikan mereka
berdua. Nicole tidak suka dengan hal itu, jadi ia memilih untuk menyingkirkan
dirinya dari hadapan Seung-ri. Kata-katanya tadi sudah cukup jelas dan
keputusannya sudah bulat. Ia harus segera menghapus semua tentang Seung-ri dari
kehidupannya. Semuanya…
Ia melangkah pergi meninggalkan
Seung-ri yang menunduk dengan bingung. Jangan hiraukan Seung-ri, jangan,
biarkan saja. Ini hanya akan berlangsung beberapa saat dan semuanya akan
baik-baik saja.
Seung-ri mematung di tempatnya
sekarang. Ia tidak bisa menarik tangan Nicole dan meminta penjelasan tentang
semua ucapan dari mulut Nicole. Tubuhnya masih terlalu lemas dan tidak berdaya
menerima semua itu. Ia diam karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Semua perubahan pada diri Nicole yang mendadak membuatnya diliputi kebingungan
hebat. Lalu, harus bagaimanakah ia sekarang?
***
Seung-ri terpekur menatap layar
laptop berisi laporan-laporan yang seharusnya ia selesaikan. Hari ini
benar-benar membuatnya muak dan kesal. Bertengkar dengan Nicole, berdebat
dengan assitennnya, pekerjaan yang menumpuk. Semua itu benar-benar membuatnya
kesal dan sebal. Ia benci hari ini, ia benci dengan semua ini. Ah, Nicole lah
penyebabnya, Nicole lah yang membuatnya menjadi senewen seperti ini. Ia masih
tidak habis pikir dengan kata-kata Nicole tadi pagi. Mengakhiri hubungan
mereka? Mengapa mudah sekali bagi Nicole mengatakan hal itu? Bahkan, untuk
berpikir tentang kemungkinan seperti itu saja tidak pernah terpikir dan
terlintas di otak Seung-ri. Pasti ada yang penyebab mengapa Nicole memutuskan
hubungan mereka secara sepihak? Ia sudah mengenal Nicole dengan sangat baik,
dan ia tidak yakin dengan semua kata-kata Nicole tadi. Ia harus tahu apa
alasannya, ia tidak mungkin berdiam diri dalam keadaan seperti ini.
Ia meraih Jas abu-abunya dan
memasukkan ponsel ke dalam saku. 5 menit lagi jam makan siang, ia akan keluar
lebih awal dan datang ke kantor Nicole lalu meminta penjelasan tentang apa yang
terjadi. Kebingungan ini bisa membuatnya jadi gila, dan ia tidak ingin seperti
itu.
***
Tidak ada? Nicole sudah pergi
makan siang? Aneh, mengapa cepat sekali? Batin Seung-ri saat mengetahui jika
Nicole ternyata sudah tidak ada di kantornya. Semakin aneh dan membingungkan,
Nicole biasanya pergi makan siang tepat pukul 13.00, ia mengenal betul
kebiasaan itu. Tapi, jam tangan Seung-ri saja baru menunjukkan pukul 12.30.
Astaga, apa kata-kata Nicole tadi pagi benar-benar sungguhan?
“Kau yakin Nicole sudah pergi
makan siang?” tanya Seung-ri untuk yang kesekian kalinya pada laki-laki di
hadapannya.
Laki-laki bernama Dong Young-bae
yang merupakan rekan kerja terdekat Nicole mengangguk, “Ia sudah pergi sejak
setengah jam yang lalu” katanya.
Seung-ri mendesah panjang.
Keanehan pada diri Nicole semakin bertambah dan ia semakin tidak mengerti.
“Apakah kalian berdua sedang ada
masalah?” tanya Young-bae. “Sejak tadi pagi, Nicole tidak bisa bekerja dengan
baik dan hanya melamun. Ia bahkan sulit diajak bicara hari ini, benar-benar
Nicole yang berbeda”.
“Maka dari itu aku datang kemari.
Ia tidak bisa dihubungi seminggu terakhir dan tadi pagi ia memutuskan hubungan
kami begitu saja. Kami bahkan tidak pernah bertengkar hebat sebelum ini. Aku
benar-benar bingung dengan perubahan yang ditunjukkan Nicole” ucap Seung-ri
dengan nada frustasi. Ia memijat-mijat pelipisnya yang mulai pening.
Dong Young-bae hanya menatap
Seung-ri dengan rasa bersalah yang teramat sangat. Semua yang dikatakannya tadi
adalah sebuah kebohongan dan kepura-puraan. Ia melakukan hal tersebut karena
Nicole memohon padanya untuk melakukan ini. Sebenarnya, ia juga bingung dengan apa
yang terjadi, tapi ia tidak mungkin menanyakan masalah ini kepada Lee Seung-ri
dan tidak bisa menanyakannya pada Nicole.
***
Ia melangkah pelan naik ke tempat
tidurnya. Rasa lega sama sekali belum menghinggapi dirinya. Keputusannya
mengakhiri hubungan kasihnya dengan Seung-ri yang membuatnya merasa seperti
ini. Bukankah apa yang ia lakukan tadi adalah sebuah kebohongan terbesar dalam
hidupnya. Kebohongan yang perlahan menyayat hatinya perlahan-lahan. Disini, di
dadanya, di tempat ini lah cinta tumbuh, dan di tempat ini lah cintanya harus
berakhir.
Nicole meraih kamera DSLR
kesayangannya. Ia menyalakan kamera tersebut dan melihat-lihat memori cintanya
dengan Lee Seung-ri. Dulu, sebelum ia tahu jika Seung-ri adalah adik kandung
dari Choi Seung-hyun, sebelum ia mengetahui kenyataan itu, semuanya terasa
sangat baik. Nicole mencintai Seung-ri dan begitu juga sebaliknya. Tapi
sekarang, semuanya sudah berbeda, semuanya sudah berubah. Ia tidak bisa menatap
Seung-ri dengan cara yang sama, ia tidak bisa memandang Seung-ri dengan tatapan
sanyup dan menyenangkan. Tatapannya kini pada Seung-ri adalah tatapan takut.
Sangat takut….
Buliran air matanya mulai
berjatuhan. Ia menghempaskan kameranya begitu saja lalu memegang dadanya
sendiri yang terasa sangat sakit. Di sana terasa sangat sakit sekali, karena
melepaskan Seung-ri sama saja melepaskan separuh kehidupannya. Karena
melepaskan Seung-ri sama saja membunuh dirinya perlahan-lahan. Ia tidak bisa
membayangkan hidup tanpa Seung-ri setelah ini, ia tidak bisa membayangkan hal
itu. Terlalu menyakitkan, terlalu menyedihkan, terlalu mengerikan untuknya.
Namun, bayangan masa lalu akan Choi Seung-hyun yang melukainya tidak bisa ia
lupakan begitu saja. Jadi, inilah yang terbaik. Melepaskan Seung-ri adalah cara
yang terbaik.
Nicole masih memegangi dadanya
yang teramat sangat sakit. Ia sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan
Seung-ri. Keputusan itu tentu menuntutnya melakukan banyak hal. Ia tidak ingin
melakukan hal tadi hanya setengah hati, ia harus sungguh-sungguh melakukan hal
itu. Dan, itu artinya ia harus dengan cepat menghilang dari kehidupannya di
Seoul, ia harus cepat menghilang dari kehidupan Lee Seung-ri.
Ia menghapus air mata yang terus
menerus berjatuhan menggunakan punggung tangannya. Ia tidak boleh menangis terus
menerus seperti ini. Ia yakin semuanya akan baik setelah ini, semuanya pasti
akan baik-baik saja. Termasuk Lee Seung-ri, laki-laki itu akan tetap baik tanpa
dirinya.
Ia menarik selimut tebalnya dan
bersiap untuk tidur. Ia harus istirahat cukup malam ini, karena tenaganya cukup terkuras habis
memikirkan Lee Seung-ri. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ponselnya
berbunyi dengan nyaring. Dengan gerakan cepat, ia meraih ponselnya itu, dan
tanpa melihat siapa yang menelponnya, ia me-reject
telpon itu.
Ia menghempaskan ponsel itu ke
lantai begitu saja. Ponsel itu tetap berbunyi dengan nyaring, tapi ia berusaha
untuk mengacuhkannya. Ia tahu siapa yang menelpon, maka dari itu ia tidak ingin
mengangkatnya.
Ponsel Nicole tetap berbunyi
terus-menerus.
***
Seung-ri mengosok-gosokkan telapak
tangannya. Udara malam yang sangat dingin sudah menusuk tubuhnya sejak entah
kapam. Ia melirik jam tangannya dan cukup terkejut, astaga, sudah tengah malam,
berapa lama ia duduk di atas kap mobil ini?
Untuk yang kesekian kalinya, ia
memencet beberapa nomor, lalu menempelkan ponsel itu ke telinganya. Terdengar
di telinganya nada sambung menunggu, tapi untuk beberapa menit, tidak ada yang
mengangkat telpon itu. Ia tetap mencoba, tetap mencoba menghubungi Nicole dari
depan gedung appartement gadis itu. Ia tahu ini sudah tengah malam, tapi ia
benar-benar tidak bisa menunggu sampai esok pagi datang. Mungkin, jika ia tidak
bertemu dengan gadis itu sekarang, besok pagi ia mungkin akan benar-benar
menjadi panda. Mungkin seperti itu, karena ia tidak akan bisa tidur dengan
nyenyak dan nyaman. Astaga, mengapa harus serumit ini?
Suara nada sambung tetap
terdengar, hingga akhirnya…. Suara rendah gadis yang sudah ia tunggu sejak tadi
juga terdengar di telinganya. God, big
thanks, batin Seung-ri.
“Ada apa?”
“Keluarlah, aku perlu bicara
denganmu”.
“Aku tidak mau, semuanya sudah
jelas”.
“Jelas? Kau mengatakan semuanya
sudah jelas? Kau justru membuatku semakin bingung Nicole ah. Jika kau tidak
keluar, maka aku akan menggedor-gedor pintu apprtementmu” kata Seung-ri
setengah mengancam.
Hening sejenak, Seung-ri tidak
mendengarkan suara Nicole di ujung telpon. Ia kemudian cepat-cepat menambahkan,
“Nicole ah, kau menginginkan aku melakukan itu, baiklah..”
“Aku akan keluar sekarang” sela
Nicole cepat sebelum Seung-ri menyelesaikan kata-katanya. “Tunggu aku di luar”.
Sepuluh menit kemudian, Seung-ri
melihat gadis dengan celana panjang coklat menggunakan sweater yang berwarna
sama, rambut sedikit acak-acakan dan wajahnya sedikit muram. Ia benci melihat
ekspresi wajah Nicole yang seperti itu.
“Cepat katakan apa yang ingin kau
katakan!” seru Nicole tanpa basa-basi. Ia berdiri sedikit jauh dari keberadaan
Seung-ri, tapi mereka berdua saling berhadapan.
Seung-ri melangkah untuk mendekat
ke arah Nicole. Tapi, saat ia maju selangkah, gadis itu malah mundur. Ia maju
selangkah lagi, namun Nicole tetap melakukan hal yang sama. Mengapa Nicole
harus bersikap seperti itu? Jika ia mempercepat langkahnya, mungkin Nicole akan
berlari. Jadi, apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia kembali maju satu langkah
sambil berkata, “Diam disitu dan jangan mundur lagi”. Gadis itu menuruti
permintaan Seung-ri, ia memperlebar langkahnya, lalu meraih pergelangan tangan
Nicole, “Ikut aku, kita perlu bicara”.
“Tidak mau” sahut Nicole cepat.
Dengan susah payah, ia berusaha melepaskan tangan Seung-ri yang mencengkeram
pergelangan tangannya. Namun, usahanya sia-sia, karena Seung-ri justru
menariknya paksa masuk ke dalam mobil.
“Pakai sabuk pengamannya” kata
Seung-ri dengan nada begitu dingin. Ia mengunci seluruh pintu mobil agar Nicole
tidak lari keluar. Lalu memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
***
“Untuk apa kau membawaku kemari?”
tanya Nicole sambil melihat ke luar jendela mobil. Sungai Han di tengah malam
justru semakin membuatnya takut.
Seung-ri tidak menanggapi
pertanyaan dari Nicole. Ia melepas sabuk pengaman, lalu dengan matanya menyuruh
Nicole juga melakukan hal itu lalu keluar dari mobil. Melihat Nicole yang
seperti ini membuat hatinya semakin nyeri. Ia juga sebenarnya tidak ingin
bersikap seperti ini pada Nicole, tapi ia butuh kejelasan atas hubunganya
sekarang. Dan sikap Nicole malah membuatnya semakin bingung.
Mereka berdua keluar dari mobil
Seung-ri lalu berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada yang membuka mulut untuk
memulai pembicaraan. Mereka berdua hanya memandangi pemandangan tengah malam di
sekitar Sungi Han dan merasakan hembusan angin malam yang mulai menusuk tulang.
Di tempat inilah Seung-ri dan Nicole bertemu untuk pertama kalinya.
“Kau ingat sesuatu?” suara dingin
Seung-ri memecah keheningan yang mereka ciptakan sendiri. Ia menoleh ke samping
menatap Nicole yang berdiri sedikit jauh dari tempatnya berdiri.
“Mengingat apa? Aku sudah melupakan
semuanya” jawab Nicole ringan. Bohong sekali ia mengatakan hal itu.
“Jika kau memang sudah lupa, aku
akan menceritakan sesuatu yang terjadi di temp…”
“Sudah tidak perlu” sela Nicole
cepat. Ia menghela napas, lalu dengan bersusah payah ia menoleh untuk menatap
Seung-ri, “Aku tidak perlu mengingat tentang ‘sesuatu’ itu, karena aku memang
ingin melupakannya”.
Seung-ri berjalan mendekati
Nicole. Dan, reaksi Nicole kali ini berbeda, gadis itu tidak lagi mundur ke
belakang ketika ia mulai maju selangkah lebih dekat. Ia maju selangkah lebih
dekat, dan kini ia sudah berada tepat di hadapan Nicole Jung.
“Ada apa? Mengapa kau ingin
melupakan ‘sesuatu’ itu? Bukankah kau sangat senang jika kita mengingat masa
lalu di tempat ini. Kau pasti akan datang kemari jika sedang kesal padaku, aku
pikir kau sedang kesal padaku, jadi aku membawamu kesini” kata Seung-ri sambil
mendaratkan kedua tangannya di bahu Nicole.
Nicole tidak menolak ketika
Seung-ri melakukan hal itu, tapi ia tidak mempunyai nyali untuk bertatapan
terlalu lama dengan Seung-ri. Terlalu menyakitkan menatap mata panda itu.
“Nicole ah”
“Bukankah hubungan kita sudah
berakhir? Lalu untuk apa aku mengingat masa lalu itu. Hanya akan membuang-buang
waktu Lee Seung-ri” ucap Nicole dengan tawa hambar yang sedikit dipaksakan.
Perlahan-lahan, ia menyentuh tangan Seung-ri yang begitu dingin, menyingkirkan
tangan itu dari bahunya.
Seung-ri meremas tangannya sendiri
lalu menghembuskan napasnya dengan berat, “Ada apa Nicole ah? Ada apa
sebenarnya? Pertama, kau menghilang selama satu minggu. Kedua, saat kita
bertemu, kau bilang kau takut padaku, memangnya aku ini Monster? Lalu, yang
terakhir, kau mengakhiri hubungan kita begitu saja tanpa alasan yang jelas. Aku
tidak cukup mengerti mengapa kau melakukan hal itu? Aku butuh alasan yang jelas
Nicole ah” seru Seung-ri dengan nada yang cukup tinggi. Ia meraih tangan kiri
Nicole lalu menempelkan tangan itu di dadanya, “Disini sakit sekali Nicole ah,
sakit sekali melihat tingkahmu seperti ini, melihat kau tidak mempedulikkan
aku”.
Bulir-bulir air mata mulai
membasahi pipi Nicole, ia memalingkan wajahnya karena tidak sanggup melihat
Seung-ri yang juga mulai menangis. Haruskah ia menjelaskan semuanya sekarang?
“Sejak hari itu, hari dimana kau
melihat foto ibu dan kakak kandungku. Sejak hari itu kau mulai bertingkah aneh.
Apakah kau pernah punya masalah di masa lalu dengan mereka berdua?” tanya
Seung-ri dengan terisak. “Tolong jelaskan padaku apa yang sedang kau rasakan
Nicole ah”.
“Iya” jawab Nicole cepat. “Aku
pernah punya masalah dengan kakakmu”.
Choi Seung-hyun? Apa yang
dilakukan laki-laki itu hingga membuat Nicole bersikap seperti ini padanya?
Apakah kakaknya pernah membuat…? Lalu, ia mendengar Nicole berkata lagi.
“Kau tahu mengapa aku bersikap
seperti ini padamu? Kau tahu mengapa aku terlihat ketakutan saat berada di
sampingmu?” kata Nicole. Ia menarik napas panjang lalu melanjutkan, “Semuanya
karena aku tahu kalau kau adalah adik kandung dari Choi Seung-hyun, karena aku
tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau dan Choi Seung-hyun adalah kakak
beradik.
“Karena aku adalah adik dari Choi
Seung-hyun? Mengapa harus seperti itu? Apa yang kakakku lakukan padamu sehingga
kau bersikap seperti ini, jelaskan padaku Nicole ah…”
Nicole mundur selangkah dari
hadapan Seung-ri, ia menarik tangannya yang tadi tertempel di dada Seung-ri
lalu melanjutkan penjelasannya, “Dulu, jauh sebelum aku bertemu denganmu, saat
aku masih bersekolah di Universitas Tokyo. Aku bertemu dengan kakakmu saat
acara seminar anti Narkoba, kebetulan kakakmu adalah salah satu Duta Anti
Narkoba. Aku benar-benar terpesona saat pertama kali bertemu dengannya walaupun
saat itu teman-temanku mengatakan jika Choi Seung-hyun adalah seorang playboy,
itu tak lantas membuat pesona laki-laki itu hilang…”
Seung-ri mencoba untuk menata
dirinya sendiri yang cukup terkejut mendengar hal tersebut. Ia sangat tahu jika
kakaknya adalah Playboy, tapi ia tidak pernah menyangka jika Nicole juga
berhubungan dengan kakaknya.
“Choi Seung-hyun mendekatiku, dan
aku tidak menolak kehadirannya. Kami berkencan seperti pasangan kekasih pada
umumnya. Kami saling mencintai satu sama lain, dan kenyataan bahwa Choi
Seung-hyun adalah seorang playboy menguap begitu saja, karena ia bersikap
sangat baik terhadapku. Namun, ketika hubungan kami berdua menginjak bulan ke
enam, saat itu malam natal. Kami berdua berjalan-jalan mengeliling kota Tokyo yang sangat ramai di
malam natal. Tapi, tiba-tiba Seung-hyun mengajakku pergi ke hotel berbintang
yang cukup terkenal di Tokyo. Aku tidak berpikir terlalu jauh saat itu, hingga
ia membawaku ke sebuah kamar. Disitulah aku mulai panik dan bingung, apa yang
akan dilakukan Seung-hyun padaku?...”
Nicole menarik napas
sekuat-kuatnya karena ia tidak mampu melanjutkan penjelasan selanjutnya.
Terlalu menyakitkan baginya untuk mengingat saat itu, mengingat malam kelam
dimana ia hampir kehilangan….dirinya sendiri.
Seung-ri menatap Nicole yang
menunduk ke bawah, mengapa Nicole tiba-tiba menghentikan penjelasannya? Apa
jangan-jangan…?
“Kakakku menyakitimu?” ucap
Seung-ri sambil menyentuh lengan Nicole. “Kakakku melakukan hal yang buruk
padamu?”
Nicole menyingkirkan tangan
Seung-ri yang menyentuh lengannya, ia tidak bisa menjelaskan lebih lanjut.
Kejadian malam itu benar-benar kelam baginya.
“Nicole ah” teriak Seungi.
Tangannya mencengkram kedua lengan Nicole, “Apa yang terjadi? Tolong selesaikan
penjelasanmu”.
Ia mengangkat kepalanya lalu
menatap Seung-ri, airmatanya jatuh dengan deras tanpa bisa ia cegah, “Luka di
lengan kananku, luka disini” Nicole menunjukkan dadanya. “Itu semua perbuatan kakakmu, itu semua
perbuatan Choi Seung-hyun. Aku….aku hampir kehilangan…” dan tangis Nicole
semakin menjadi.
Seung-ri melepaskan cengkeramannya
dari lengan Nicole. Ia mengatur napasnya yang mulai terengah-engah. Otaknya
berusaha mencerna dengan baik-baik kata-kata terakhir yang diucapkan Nicole.
Luka di lengan kanan? Luka di dada Nicole? Nicole hampir kehilangan…? Astaga,
Nicole? Ia tiba-tiba menutup mulutnya.
“Kau mengerti sekarang, kau sudah
mendengar semua penjelasanku bukan? Jadi, aku bisa melepaskanmu dengan ringan.
Semuanya sudah jelas sekarang. Karena hal itu aku tidak bisa menatapmu dengan
cara yang sama seperti dulu” kata Nicole sambil menghapus airmatanya. Ia dengan
perlahan membalikkan tubuhnya, lalu berjalan menjauh dari hadapan Lee Seung-ri.
Ia berjalan dengan sangat pelan, karena lubuk hatinya masih menginginkan jika
Seung-ri berteriak untuk mencegah kepergiannya.
“Tunggu Nicole ah” teriak
Seung-ri. Secara otomatis Nicole menghentikan langkahnya, walau sebenarnya ia
tidak seharusnya melakukan hal itu. “Tapi, aku adalah aku dan Choi Seung-hyun
adalah Choi Seung-hyun, mengapa kau menyamakan aku dengan kakakku?”
Nicole tidak membalikkan tubuhnya,
ia tetap berdiri pada posisinya semula. “Karena jika aku melihatmu, aku juga
melihat bayangan Choi Seung-hyun. Jika aku bersamamu, aku merasakan aura
ketakutan yang luar biasa, jika aku menatapmu, aku juga melihat tatapan mata
Choi Seung-hyun”.
“Kau sudah mengenalku dengan baik
Nicole ah, aku bukan Choi Seung-hyun. Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti
kau memperlakukan kakakku. Aku adalah Lee Seung-ri, orang yang sangat
mencintaimu…”
“Iya, aku tahu kau adalah orang
yang mencintaiku. Aku juga mencintaimu Lee Seung-ri. Aku sangat mencintaimu
Seung-ri ah, tapi…”
‘Tapi apa Nicole ah?”
“Tapi… darah yang mengalir di
tubuh Choi Seung-hyun juga mengalir di tubuhmu. Kalian berdua mempunyai ikatan
darah yang kuat dan tidak bisa dipisahkan. Dan, hal itu yang membuatku
melakukan ini. Aku tidak ingin berhubungan lagi dengan orang-orang yang berada
di sekitar Choi Seung-hyun…”
Seung-ri memegangi dadanya yang
terasa semakin nyeri. Ia mengangkat kepalanya dan melihat Nicole yang berjalan
semakin menjauh darinya. Ia tidak bisa melihat ini, ia tidak bisa melihat
Nicole berada jauh darinya, ia tidak bisa. Lalu, tiba-tiba… Seung-ri yang masih
menangis menyanyi dengan suara sangat keras.
I love you baby I’m not a monster
Neon aljanha yejeon nae moseupeul
Shigani jinamyeon sarajyeo beoril tende
Geu ttaen al tende baby
Neon aljanha yejeon nae moseupeul
Shigani jinamyeon sarajyeo beoril tende
Geu ttaen al tende baby
I need you baby I’m not a monster
Nal aljanha ireohge gajima
Neo majeo beorimyeon nan jukeobeoril tende
I’m not a monster
Nal aljanha ireohge gajima
Neo majeo beorimyeon nan jukeobeoril tende
I’m not a monster
Entah mengapa langkah kaki Nicole
terhenti ketika Seung-ri menyanyikan lagu itu. Tubuhnya bergetar hebat dan ia
ingin sekali membalikkan tubuhnya lalu berlari memeluk Seung-ri. Namun, ia
tidak bisa melakukan hal itu. Ini cara terbaik untuknya dan Seung-ri. Laki-laki
itu pasti akan baik-baik saja, pasti.
“Nicole ah, jangan pergi, aku
mohon padamu jangan pergi” teriak Seung-ri saat melihat Nicole justru semakin
jauh dari posisinya sekarang. “Jangan pergi Nicole ah” teriaknya lebih keras.
Namun, semua teriakan tadi seakan sia-sia karena Nicole sudah menghilang dari
pandangannya sekarang. Mengetahui hal itu, Seung-ri jatuh berlutut ke tanah. Ia
menangis sejadi-jadinya sambil mengempalkan tangan kanannya. Seung-ri
memukul-mukul dadanya sendiri yang terasa sangat sakit, disini sakit sekali. Aku adalah Lee Seung-ri, orang yang sangat
mencintaimu Nicole ah…. Bukan Choi Seung-hyun…
~~the end~~
author: @ofaoktaraa
"ini fanfict dari teman kalian vips.. semoga kalian suka.." zr^^